I. PENDAHULUAN
Sebuah buku penting manfaatnya bagi perkembangan pengetahuan manusia. Dengan sebuah buku kita dapat membaca, menyimpulkan, memahami pengetahuan serta bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan masyarakat. Untuk mengembangkan pengetahuan tersebut maka perlu diadakan resensi (pengulasan kembali sebuah buku) supaya sebuah karya lebih dapat dinikmati, diminati, serta dapat diketahui antara kelebihan dan kelemahan buku dan diharapkan supaya kedepannya lebih baik dan berkualitas. Untuk dapat mereview (meresensi) sebuah buku, diperlukan teknik-teknik penulisan resensi buku. Dengan teknik ini diharapkan sebuah resensi akan menjadi lebih terarah, mudah dan berkualitas.
Dalam review sebuah buku, dipaparkan pengungkapan pereview dalam memahami dan mengungkapkan pikiran-pikiran kritis terhadap sebuah buku. Dengan adanya review buku, para penulis juga akan lebih termotivasi dalam mengembangkan karyanya. Dalam makalah ini akan dipaparkan mulai dari pengertian review, tujuan review, ruang lingkup sampai pada contoh-contoh review. Diharapkan setelah mempelajari penulisan review book secara baik dan benar akan dapat mereview sebuah karya sehingga berdampak positif bagi kehidupan kita dimasa depan.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian review book?
2. Apa tujuan penulisan review book?
3. Apa sajakah ruang lingkup review book?
4. Bagaimanakah langkah-langkah penyusunan review book?
5. Bagaimana contoh review book?
III. PEMBAHASAN
1. Pengertian Resensi buku
Resensi ( bahasa Belanda, recensie ) atau “review”( bahasa Inggris ). Secara bahasa resensi artinya pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku (WJS. Poerwadarminta, Kamis Umum Bahasa Indonesia, 1984:821 ). Perbincangan yang dimaksud berupa sebuah tulisan yang dimuat di surat kabar atau majalah yang berisi penilaian tentang kelebihan kekurangan sebuah buku, menarik tidaknya tema dan isi buku, kritikan dan memberikan dorongan kepada khalayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli. Resensi sendiri berasal dari bahasa Latin revidere dan resence yang artinya melihat kembali, menimbang atau menilai. Dalam bahasa Indonesia, resensi sering di istilahkan dengan timbangan buku, tinjauan buku, dan bedah buku. Resensi adalah tulisan dalam bentuk sederhana dengan mengungkapkan kembali isi secara ringkas, mengulas serta memberikan penilaian atas tulisan.
Adapun resensi menurut beberapa pengertian diantaranya:
1. Menurut Webster Collegate Dictionary (1995), review adalah a critical evalution of a book ( sebuah evaluasi yang mengkritik bulu ), karena itu sebuah resensi harus menjelaskan apa adanya suatu buku, baik kelebihan dan kekurangan buku. Jadi resensi bukanlah tulisan yang menjual buku, karena resensi yang baik hanya mengungkapkan apa yang dibaca oleh peresensi secara kritis.
2. Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai sebuah hasil karya atau buku, baik berupa buku fiksi maupun nonfiksi.
3. Resensi buku adalah pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku yang bertujuan memberikan kepada pembaca perihal buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun kekurangan buku tersebut.
Jadi resensi buku adalah tulisan yang berisi ulasan mengenai buku, baik itu kelebihan, kekurangan dan semua hal yang terkait dengan buku.
2. Tujuan Penulisan Review Buku
Review buku bertujuan untuk menyampaikan kepada pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Selain itu juga untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan terhadap karya seni lainnya seperti drama, film, dan sebuah pementasan. Karena pertimbangan yang disampaikan penulis resensi harus disesuaikan dengan selera pembaca, maka sebuah resensi yang disiarkan pada sebuah majalah mungkin tidak sama.
Berikut adalan beberapa tujuan penulisan resensi
1. Menyampaikan informasi kepada pembaca apakah sebuah karya patut mandapat sambutan atau tidak.
2. Menunjukkan kepada para pembaca layak tidaknya srbuah buku dibaca.
3. Memberitahukan kepada pembaca perihal buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun kekurangan buku tersebut.
3. Ruang Lingkup Review Buku.
Dalam meresensi buku harus memerhatikan sisi latar belakang dan nilai buku.
1. Latar belakang
Agar resensi bermanfaat bagi para pembaca, maka penulis mulai menyajikan rsensi dengan latar belakang buku itu. Penulis dapat mengemukakan tema dari karangan buku itu. Penyajian tema secara singkat dapat dilengkapi dengan deskripsi buku sehingga para pembaca yang belum tahu dapat memperoleh gambaran mengenai isi buku tersebut.
2. Macam dan jenis buku
Karena para pembaca memiliki selera yang berbeda, oleh karena itu penulis resensi harus membuat klasifikasi mengenai buku tersebut.
3. Keunggulan buku
Untuk memberikan evaluasi terhadap buku tersebut buku itu dengan cara mengemukakan segi-segi yang menarik dari buku tersebut.
4. Menilai buku.
Dalam menilai buku peresensi harus membuat penilaian secara jujur dan objektif terhadap sebuah buku, menganalisis tujuan penulisan sebuah buku, kualifikasi penulisannya, serta membandingkan dengan buku lain. Untuk mempermudah penyusunan resensi dapat mengikuti petunjuk teksnis berikut ini :
1. Bacalah buku secara global untuk mengetahui sekilas dan secara cepat isi buku yang akan diresensi.
2. Bacalah buku tersebut untuk kedua kalinya dan mencatat hal-hal yang akan diungkapkan dalam resensi.
3. Tulislah kesan yang timbul setelah membaca buku.
4. Mulailah menulis resensi.
5. Tinjauan fiksi ( The fiction review ).
Ini adalah cara meresensi yang biasa digunakan dalam buku-buku fiksi. Selain harus menguasai isi buku, peresensi juga harus mencari perimbangan antara jalan cerita (plot sinopsis) dan tema cerita. Kadang juga dipaparkan tentang proses kreatif pembuatan karya oleh penulis buku itu, sementara isi buku hanya dipaparkan sekilas saja.
Dalam resensi sebuah buku itu memuat beberapa aspek diantaranya:
a. Fisik buku, fisik buku meliputi judul, penulis/editor, penerjemah (jika buku terjemah), penerbit, tebal buku (bagian awal dan bagian inti) yang mana bagian ini dikemukakan pada bagian awal.
b. Isi Buku
Dalam isi buku berisi ulasan yang mencakup:
1. Tujuan penulisan buku
2. Isi buku secara umum yang terlihat pada daftar isi dan pendahuluan.
3. Penilaian kualitas isi yang didasari kriteria kesahihan, kemanfaatan, keandalan, kebaruan, kelebihan, kekurangan, keaslian, kelangkaan, dan sebagainya. Selain itu juga dapat membandingkan buku yang diresensi dengan buku lain, baik yang ditulis oleh penulis yang sama maupun yang berbeda.
Dalam penilaian buku hal-hal yang patut dinilai dalam Resensi buku diantaranya:
(a). Aspek luar
(1) perwajahan kulit muka
(2) berat dan kerebalan
(3) desain halaman dalam
(4) jenis kertas yang digunakan
(5) jenis huruf/tipografi yang digunkan
(6) foto, gambar,sketsa,grafik, tabel yang digunakan
(7) harga buku.
(b). Aspek isi meliputi :
(1) pokok pikiran yang diajukan penulis
(2) pokok pikiran, argumen, data, dan ide-ide yang tertuang dalam buku ini
(3) unsur pendekatan, perspektif, atau pengetahuan baru yang bisa diperoleh
(4) isi yang relevan dan sesuai dengan konteks situasi yang dihadapi bangsa ibdonesia saat ini
(5) kontribusi buku ini dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tertentu yang terkait dengan tema buku
(6) penyusunan apakah secara cermat, teliti, mendalam, atau terkesan ceroboh dan tergesa-gesa
(7) sistematika pembahasan buku ini logis, teratur,dan memudahkan pembaca untuk memahami atau sebaliknya rumit berbelit-belit dan membingungkan
(8) adakah kesalahan fakta, data, analis dalam buku ini
(9) apa tujuan mengarang buku ini, apakah pengarang mempunyai kompetensi yang cukup untuk menilis buku ini
(10) dan siapa yang membaca buku ini.
c. Bahasa
Bahasa dalam sebuah buku diulas karena berhubungan dengan pemahaman terhadap isi buku. Bahasa juga merupakan media untuk menyampaikan pesan. Karena itu bahasa menjadi salah satu unsur penting dalam resensi buku. Unsur-unsur bahasa yang diulas dalamresensi meliputi kelancaran berbahasa (penyampaian), istilah, kosakata, kalimat, gaya penyajian, dan keluwesan pamakainya.
d. Organisasi
Dalam organisasi buku berkaitan dengan cara-cara penataan ide buku yang dapat diulas dari segi kepaduan, urutan, keruntutan, kelogisan dan kesistematisan. Organisasi yaitu kerangka buku itu, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain.
e. Penulis Buku.
Latar belakang penulis menjadi sorotan utama, terutama berkaitan dengan latar belakang pendidikan, pengalaman menulis, dan keluasan wawasannya. Selain itu untuk menjadi peresensi harus memenuhi beberapa syarat yang diantaranya (1) memiliki pengetahuan dalam bidangnya, (2) memiliki kemampuan analis, dan (3) memiliki pengetahuan dalam acuan yang sebanding.
Seorang penulis resensi disebut resensator (peresensi). Secara umum seorang peresensi itu seorang “kutu buku”, rajin membaca. Baginya setiap buku baru adalah menarik M.L. Stein (1993:80) menyebut penulis resensi sebagai pengkritik (kritikus). Pendapat mereka menurut Stein adalah penting karena kadang-kadang mereka dapat menilai apakah sebuah buku akan mencapai keberhasilan atau sebaliknya. Seorang pengkritik buku terkemuka dari New York Times, seperti yang dikemukakan Stein mengatakan bahwa seorang pengkritik buku dalam waktu yang terbatas ia harus mampu menulis pendapatnya mengenai sebuah buku dalam 6 atau 7 ratus kalimat, dan dapat memberi gambaran kepada pembaca tentang keseluruhan isi buku tersebut. selain itu seorang peresensi harus memiliki bekal pengetahuan yang memadai, para ahli atau pakar, buku yang diresensipun merupakan karya terpilih dan karangan orang-orang hebat . Menurut Daniel Samad seorang peresensi harus dapat menyampaikan dua lapis penilaian atau pertimbangan, yakni nilai literer (budaya) dan dan manfaat untuk hidup. Nilai leterer terungkap pada apresiasi sastra dan manfaat untuk hidup terungkap dari apresiasinya atas kebutuhan masyarakat.
Secara ringkas, butir-butir yang disinggung dalam resensi sebagai berikut:
1. Deskripsi buku-buku penerbit , penulis-penulis dan karya-karyanya, tebal buku, format, jumlah halaman, bab dan sebagainya.
2. Jenis buku yang diresensi: teori, pendidikan, petunjuk praktis.
3. Sampul buku.
4. Latar belakang penulisan dan pengalaman penulis.
5. Judul.
6. Sistematika.
7. Ikhtisar (ringkasan).
8. Keunggulan yang berisi bobot ilmiah, keterbacaan, organisasi, kualitas, fungsi dalam pengembangan ilmu.
9. Kualitas fisik yang berkaitan dengan jenis kertas, jenis dan besar huruf.
Berhubungan dengan struktur tulisan sebuah resensi buku biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Bagian Pendahuluan. Berisi informasi objektif atau identitas buku yang meliputi judul, penulis, penerbit dan tahun terbitnya, jumlah halaman, dan bila perlu harga buku.
Contoh:
Judul Buku : zaman baru Islam indonesia (pemikiran &Aksi Politik Abdurrahman Wahid, M.Amien Rais, Nurcholis Madjid, Jalaluddin Rahmay)
Penulis : Dedy Djamaluddin Malik & Idi Subandy Ibrahim
Pengantar : Mohammad Sobary
Penerbit : Zaman Wacana Mulia, Bandung
Cetakan : Pertama, Januari 1995.
Selain cohtoh diatas format resensi buku yang memuat harga buku adalah senagi berikut;
Judul Buku : Dasar-Dasar Meresensi Buku
Penerbit : Daniel Samad
Penerbit : Grasindo
Cetakan : 1, 1997
Tebal : xi + 82
Harga : Rp 10.000,-
2. Bagian isi yang berisi ulasan tentang tema atau judul buku, paparan singkat isi buku (mengacu kepada daftar isi) atau gambaran tentang keseluruhan isi buku, dan informasi tentang latar belakang serta tujuan penulisan buku yang seperti pada ruang lingkup review book diatas. Selain itu juga diulas tentang keseluruhan isi buku dengan buku bertema sama karangan penulis lain atau buku karangan penulis yang sama dengan tema lain.
Contoh:
Kalau dua tahun lalu terbit sebuah buku yang mengungkap soal strategi perjangan umat model Abdul Rahman Wahid dan Amien Rais- dan sempat menghebohkan itu, maka pada permulaan 1998 ini terbit sebuah buku yang tidak hanya membahas pemikiran dan aksi politik mereka berdua, tapi juga ditambah dengan Nur Cholis Madjid, dedengkot paramadina , dan Jalaluddin Rahmat, pentolan Muthahhari.
Dari materi dan metode penulisan, buku ini lebih komprehensif. Maklum buku ini berasal dari Thesis S-2 penulisnya (Dedy Djamaluddin Malik) yang telah diubah secara populer dan menjelma menjadi buku ini. Tidak salah kalau zaman penerbit baru ini menjagokan buku ini sebagai anak sulung terbitan pertamanya. Ketika Umar sedang bingung dengan fenomena sosial politk yang terjadi belakangan ini, dan mau tidak mau keempat tokoh itu: Gue Dur, Mas Amien Rais, Cak Nur dan kang Jalal- begitu mereka biasa dipanggil oleh para pengagum ataupun umatnya, selain itu juga terkait dialektika perjalanan bangsa ini.
Suara Gus Dur yang mulai melemah ketika runtung-runtung dengan mbak Tutut, setelah sebelumnya dengan mbak Mega. Lantas mas Amien Rais yang kian meninggi volume suaranya sejak kasusu Busang dan Suksesi yang membuatnya terdepak dari ICMI sampai kesediaannya dicalonkan menjadi presiden. Sampai-sampai majalah Ummat menganugerahkannya sebagai tokoh pada tahun 1997. Kemudian Cak Nur yang semakin intens membina kelas menengah Muslim di metropolitan, setelah sebelumnya menelurkan jargon “Islam Yes Partai Islam no itu . Dan kang Jalal yang kontroversial sebagai Agen “Syiah” dan secara menghanyutkan tekun mendalami dunia tasawuf bersama keluarga mantan wakil presiden Soedharmono.
Semua fakta itu tidak bisa diabaikan kalau kita berbicara tentang islam dan Indonesia. Belum lagi masing-masing tokoh itu mempunyai umat yang tidak terbilang sedikit. Sehingga sekeras apapun mereka berbicara nampaknya pemerintah tidak berani bertindak gegabah. Namun justru disinilah kesulitan bagi pengamat untuk secara benar memetakan mereka dalam sebuah posisi yang tetap. Kita ambil kasus buku kasus Gus Dur dan Amien Rais. Yang satu dianggap mewakili arus bawah dan yang satu arus atas. Namun belum lama buku itu terbit, situasipun berubah. Inilah realitas politik, ketika pendulum sedang bergeser ke kanan, maka suatu saat akan bergeser ke kiri.
Tak terkecuali dengan buku ini, penulis telah berupaya keras untuk menganalisis sepak terjang mereka dari sebuah biografi pemikiran mereka berempat. Atau menurut Mohammad Sobary dalam kata pengantarnya dalam buku ini, semua itu hanyalah timbangan sementara. Lantaran pemikiran-pemikiran atau lebih tepatnya sejarah pemikiran seorang tokoh tak pernah berhenti secara final dan buku ini sedikit banyak merekam dinamika pemikran mereka.
Sebenarnya kemunculan ke empat tokoh dalam waktu yang tidak beda berselang itu, dimungkinkan dengan berubahnya pandangan-pandangan pemerintah terhadap islam. Lantaran islam yang diusung keempat tokoh itu adalah islam yang paling toleran dan terbuka. Merekalah tokoh intelektual muslim paling menonjol dalam kelahiran “Zaman Baru Islam Indonesia. Yakni dimana suatu era dimana islam tidak lagi,,dst.
Dari buku ini terungkap, keempatnya sekalipun tidak pernah terlintas untuk membentuk negara islam, tatapi yang diperjuangkan mereka adalah demokratisasi. Namun demikian bukan berarti langkah mereka mulus-mulus saja . Hadangan banyak mengganjal mereka. Mulai dari telepon gelap sampai ucapan yang mengkafirkan mereka.
3. Bagian penutup. Pada bagian ini peresensi menilai bobot (kualitas) isi buku tersebut secara keseluruhan, menilai kelebihan serta kekurangan buku tersebut, memberi kritik atau saran kepada penulis dan penerbitnya (misalnya menyangkut cover, judul, editing), serta memberi pertimbangan kepada pembaca tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli.
Contoh :
Materi ini cukup komprehensif, telah teruji secara ilmiah, dan aktual. Sehingga buku ini layak kita ucapi selaamt datang. Apalagi salah satu tokoh dalam buku ini, Amien Rais telah menjadi newmakers dewasa ini, berkaitan dengan isu suksesi dan aksi poltiknya masih menyatakan siap menjadi presiden. Masih ditemukan disana sini kalimat yang kurang tertib menurut kaidah EYD , kata-kata jenuh dan mubadzir sehingga mngurangi kenikmatan membaca karenanya ia perlu reediting.
Namun demikian buku ini tetaplah penting untuk dibaca dan dimiliki. Utamanya bagi mereka yang selama ini dibuat bingung oleh aksi dan pemikiran keepat tokoh tersebut. Dengan referensi buku ini, kitapun bisa memprediksi gebrakan apalagi yang akan dibuat untuk
Biasanya pada halaman belakang sebuah buku terdapat “resensi mini” yang ditulis oleh penerbit sebagai sebagai gambaran singkat isi buku sekaligus promosi dalam menarik minat orang untuk membaca dan membeli buku tersebut. Misalnya dalam buku yang kita jadikan sampel diatas, pada halaman ( cover ) belakang terdapat catatan penerbitnya sebagai berikut.
“Mencuatnya Orde Baru yang cenderung pragmatis dan lebih memprimadonakan pembangunan ekonomi dinilai sejalan dengan ideologi kapitalisme dan menjadi antitesis dari ideologi komunisme. Jenis negara yang menemukan lingkungan yang ramah di alam kapitalisme ini ternyata amat berpengaruh bagi corak wacana keagamaan. Produk pemikirani Islampun ditopang oleh perubahan-perubahan realitas sosial budaya dan ekonomi politik yang lahir pada zaman Orde Baru. Ada yang mengkhotbahkan akomodasi dengan negara sehingga memancing ledakan vulkanik emosi, nafsu, dan cemooh yang sama sekali tidak menghasilkan analisis yang jernih dan objektif.
Buku Zaman Baru Islam Indonesia memuat perbincangan yang telah memncing gejolak rasa dan perdenatan dikalangan umat Islam Indonesia dewasa ini. Selain itu juga perjumpaan antara umat Islam Indonesia dengan pemikiran modern. Melelui karyanya, kedua penulis mendeskripsikan pemikiran dan aksi politik empat sosok Intelektual Islam Indonesia terkemuka seperti Abdurrahman Wahid, M. Amien Rais, Nurcholis Masjid, dan jalaluddin Rahmat. Zaman baru ini diyakini sebagai sinyal munculnya para intelektual Islam Indonesia baru yang ingin melakukan terobosan dan eksperimen pemikiran dalam berhadapan dengan proses perenungan wacana ang berlangsung dibalik ideologi developmentalisme.
Buku yang memperkenalkan munculnya sejarah pemikiran kritis Islam Indonesia ini bermanfaat bagi siapapun, karena kita semua berada pada “Zaman baru Islam Indonesia” yang harus kita pahami dan hadapi”.
4. Langkah -Langkah review book ( resensi buku).
Sebelum memasuki pada langkah-langkah meresensi buku, sebelumnya kita harus mengetahui unsur-unsur meresensi yang diantaranya:
a) Judul resensi yang menarik. Dalam media massa, judul yang menarik (eye chatting) itu perlu dan mutlak. Judul buku (heading) biasanya dicantumkan diawal resensi.
b) Alenia Pembuka ( dalam teknik penulisan berita disebut sebagai lead). Alenia sebagai pemancing agar pembaca mau membaca resensi, sehingga harus bibuat semenarik mungkin. Lead bersama judul berfungsi untuk menarik minat pembaca.
c) Deskripsi atau rangkuman tentang isi buku.
d) Komentar, evalusi dan penilaian.
e) Kalimat penutup dan rekomendasi.
f) Identitas peresensi biasanya dicantumkan dibagian akhir resensi. Hal ini bermanfaat untuk menunjukkan kredibilitas peresensi dalam meresensi buku bertemakan tertentu. Contoh diakhir sebuah resensi tentang buku kehumasan, identitas peresensi disebutkan : Dian Eka Puspita Sari, Staf Humas Trans TV. Artinya peresensi ingin menunjukkan bahwa ia merupakan praktisi Humas dan karena itu memiliki kompetensi untuk meresensi buku bertema kehumasana.
Selain itu sebelum meresensi seseorang juga harus memahami dasar-dasar meresensi seperti yang dianjurkan oleh Samsul (2003), diantaranya:
a. Memahami dan menangkap tujuan maksud pengarang dengan karya yang dibuatnya karena berhasil atau tidaknya kita menangkap tujuan dari sang penulis akan menentuksn bagus atau tidaknya resensi kita.
b. Memiliki tujuan dalam membuat resensi, karena sebuah tulisan harus didasarkan sebuah tujuan. Tujuan ini bisa berupa mengajak orang-orang ikut membaca buku itu ataupun bisa sebagai kritik dan masukan bagi sang penulis.
c. Harus mengenal atau mengetahui selera dan tingkat pemahaman dari para pembaca.
d. Mempunyai pengetahuan dan menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan sebagai tolak ukur ketika mengemukakan keunggulan dan kelemahan buku.
e. Menjadi pengamat buku sekaligus kolektor buku, karena setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda. Dengan demikian memberikan perbandingan dengan buku lain akan mempermudah kita dan pembaca dalam menentukan tolak ukur kadar kualitas buku yang diresensi.
Adapun langkah-langkah dalam meresensi buku diantaranya:
a. Penjajakan dan pengenalan terhadap buku yang diresensi.
b. Membaca buku yang akan diresensi secara kompetitif, cermat, dan teliti.
c. Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian buku yang dikutip untuk dijadikan data.
d. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.
5. Contoh Resensi Buku
Contoh Resensi Buku Ekonomi Industri di Indonesia : Menuju Negara Industri Baru 2030.
Judul Buku : Ekonomi Industri Indonesia.
Penulis : Prof. Dr. Mudrajad Kuncoro, M.Soc.Sc.
Penerbit : Penerbit Andi
Tebal : 492 halaman
Harga : Rp. 108.000,00
Visi Pembangunan Indonesia: Menuju 2030
Penulis buku ini menulis pendahuluan resensinya dengan menyebut Visi Indonesia 2030 atas gagasan dari Yayasan Indonesia Forum. Visi Indonesia 2030 telah diumumkan pada Maret 2007 lalu. Angan-angan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju ini membut banyak akademisi ataupun ilmuwan, suka ataupun tidak suka terbawa di dalamnya.
Walaupun perumusan finalnya baru dilakukan pada akhir 2007, visi yang digagas oleh Yayasan Indonesia Forum ini telah mengklaim ditopang empat pencarian utama pada 2030, yaitu masuk dalam lima besar kekuatan ekonomi dunia, pengelolaan kekayaan alam yang berkelanjutan, perwujudan kualitas hidup modern yang merata dan mengantarkan sedikitnya 30 perusahaan Indonesia dalam daftar 500 perusahaan terbesar di dunia.
Entah sengaja atau tidak, Mudrajat Kuncoro, Guru Besar Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, juga berminat juga berminat pada 2030.
Melalui buku yang berjudul Ekonomi Industri Indonesia : Menuju Negara Industri Baru 2030?, Mudrajad mencoba memberi sumbangan pemikiran tentang industralisasi di Indonesia yang oleh penggagas visi Indonesia 2030 diyakini menjadi katalisator akumulasi modal menjadi negara maju.
Industrialisasi Dunia.
Dilanjutkan dengan sejarah singkat industrialisasi dunia. Mesin uap yang dikembang sejak abad 18 telah membawa perubahan besar dalam proses produksi. Tenaga manusia digantikan oleh mesin sehingga kapasitas produksi meningkat pesat. Pada saat itulah industrialisasi yang menjadi pemicu revolusi industri dimulai.
Industrialisasi yang bermula di Eropa ini mendesak dominasi sektor pertanian dalam perekonimian. Para petani meninggalkan sawah untuk bekerja di Pabrik, ditambah lagi banyaknya lahan pertanian yang dialihkan menjadi pusat industri baru yang dengan segera menjadi anak emas perekonomian. Kondisi ini akhirnya menyebar, meski tidak secara merata ke hampir seluruh dunia. Amerika Serikat, Jepang, dan Eroa barat mendominasi industrialisasi sehingga disebut sebagai negara maju. Sementara negara-negara yang relatif tertinggal disebut sebagai negara berkembang atau negara tertinggal.
Mudrajad memandang persoalan dan industrialisasi di Indonesia yang masih termasuk ke dalam negara-negara berkembang dalam lingkup ilmu ekonomi. Secara kritis peresensi menyoroti tentang buku ini yang dinilai menggunakan kerangka I-O ( Industrial Organization ) yang populer dugunakan untuk menjelaskan bagaimana industri bekerja. Disinilah Mudrajad menyampaikan perspektif yang berbeda dengan pendekatan konvensional.
Pendekatan Spasial
Kerangka pada Industrial Organization yang konvensional diberlakukan pada tingkat perusahaan dengan kondisi persaingan tidak sempurna yang terletak diantara persaingan sempurna dan monopoli murni. Hal ini membuat kajian teoritis dalam ekonomi industri lebih realistis. Persaingan sempurna ini terjadi saat pasar diisi oleh cukup banyak produsen dan konsumen sehingga mereka hanya dapat menerima harga yang berlaku. Saat hanya satu produsen yang menguasai pasar, terjadilah kondisi yang disebut monopoli murni.
Persaingan sempurna dihindari produsen karena tidak memperoleh keuntungan ekonomi. Sementara itu monopoli murni direstriksi (dibatasi) dengan undang-undang karena menghasilkan rente (bunga) ekonomi yang terlalu besar bagi produsen. Meskipun kita masih menemukan kondisi itu namun masih sering terjadi persaingan tidak sempurna.
Dalam persaingan tidak sempurna itu kita dihadapkan pada kemungkinan munculnya kolusi (persekongkolan atau kerjasama tidak terpuji) atau justru persaingan antarprodusen. Kolusi sistematis justru dapat sangat merugikan komsumen, namun persaingan yang tidak trekendali dapat menyebabkan produsen bangkrut sehingga interaksi baik kolusi maupun persaingan antarprodusen menjadi persoalan dilematis (sama sulitnya).
Pendekatan yang populer dalam Industrial Organization adalah SCP (Structure Conduct Performance) yang digagas oleh Mason, ekonom dari Harvard University, akhir 1930-an. Ia mengembangkan pembahasan Chamberlin tentang kekuatan monopoli. Pendekatan Mason menempatkan struktur pasar di satu sisi dan perilaku produsen yang berpengaruh pada keberhasilan pasar mencapai kesejahteraan umum di sisi lainnya. Setelah empat dekade menjadi arus utama, pendekatan ini mulai menghadapi kegagalan karena tidak mampu mengakomodasi interaksi antarprodusen.
Beberapa ekonom dari University of Chicago seperti Ponser, Bork, dan Peltman berusaha memperbaiki kelemahan itu. Namun mereka juga belum mampu merumuskan interaksi antar produsen dalam bahasa yang tepat, hingga akhirnya Schelling, Selten, dan harsanyi memberi kontribusi penting yang memungkinkan teori permainan menjadi sebuah “bahasa” dalam memodelkan teori tersebut. Mereka mengembangkan pemikiran yang digagas oleh Von Neuman, Morgenstern, dan Nash. Kini intereksi yang diterjemahkan ke dalam teori permainan menjadi pendekatan yang biasa digunakan dalam pembahasan Industrial Organization.
Pada awalnya ia menggunakan pendekatan Structure- Conduct-Performance. Namun ia kemudian mengesampingkan interaksi antarprodusen dan menawarkan pendekatan spasial. Disini Spasial diartikan sebagai ruang yang mengacu pada aspek geografis atau daerah dimana industri kemudian dibangun. Mudrajad kemudian berpendapat bahwa ilmu ekonomi arus utama cenderung mengabaikan dimensi spasial, padahal pengelompokan industri secara geografis berperan penting untuk menstimulasi sektor yang memiliki keunggulan kompetitif yang mendorong terbentuknya konsentrasi spasial dalama industri.
Meskipun perkembangan terkini I-O menggunakan teori permainan, belakangan populer dikembangkan teori neoklasik, keperilakuan dan radikal. Teori neoklasik mengasumsikan adanya persaingan sempurna dan fair sehingga terjadi efisiensi yang didikung oleh informasi dan rasionalitas sempurna untuk menetapkan lokasi optimal yang memaksimalkan keuntungan.
Teori keperilakuan meekankan adanya perbedaan dan tujuan, preferensi, pengetahuan, kemampuan, dan rasionalitas dari pengambilan keputusan terkait dengan penetapan lokasi industri, teori ini mencoba membuat teori neoklasik menjadi lebih realistis dengan mengakomodasi isu preferensi lokal dan struktur industri. Dan teori yang terakhir, yaitu teori radikal menyatakan persaingan tidak secara otomatis menjamin hasil yang diinginkan secara sosial, bahkan menciptakan ketidakstabilan dan persaingan tidak sehat karena kondisi ekonomi politik sangat berpengaruhbterhadap penetapan lokasi industri.
Teoritis dan Pragmatis.
Pada bagian akhir bukunya, Mudrajad menyatakan bahwa pemerintah saat ini mempunyai peluang emas untuk membuat beberapa perubahan mendasar. Pertama menjadikan investasi dan ekspor sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, bukan lagi konsumsi. Kedua menjadikan birokrat di pusat dan daerah sebagai faslitator bagi dunia bisnis. Dan yang ketiga adalah membuat rencana reformasi yang komprehensif dan nerjangka menengah,setidaknya lima tahun mendatang.
Guru besar yang terlibat dalam perencanaan pembangunan kompetensi inti daerah ini menyimpulkan pentingnya kebijakan yang lebih mendukung industrialisasi berspektif spasial. Artinya pemerintah seharusnya mulaimengatur penempatan industri sehingga bisa dikembangkan dengan memanfaatkan sumber daya produktif di daerah.
Ada yang kurang lengkap jika membicarakan pembangunan industri berspektif spasial tanpa memberikan perhatian pada interaksi antardaerah. Interaksi yang bisa menjadi kekuatan pembangunan nasional belum ditempatkan sebagai strategi. Sebagaimana dinyatakan dalam hukum pertama geografi Tobler : segala sesuatu terkait dengan sesuatu lainnya, tetapi keterkaitannya semakin tinggi jika jaraknya semakin dekat. Selain secara fisik, jarak juga dapat didefinisikan sebagai transaksi atau hubungan ekonomi antardaerah. Tanpa dipayungi dengan pendidikan nasional, industri daerah-daerah yang kuat belum tentu membawa kesejahteraan bersama. Kondisi ini berpotensi memicu pengautan sentimen kedaerahan jika tidak ditangani secara baik.
Presensi memberi beberapa kritik tajam terhadap buku ini. Pertama pemaparan yang kurang tuntas, baik dari sisi teori maupun terapan sehingga memunculkan keambiguan apakah buku Eknomi Industri Indonesia ditujukan untuk menjabarkan ilmu ekonomi industri atau menawarkan perspektif baru bagi pembangunan industri nasional. Kedua, di sisi lain paparan teoritis yang dimunculkan masih terkesan sekedar menjadi pelengkap agar karakter ilmiah buku ini tidak hilang. Disisi lain, penjelasan pragmatis yang didukung dengan penelitian empiris belum birangkai menjadi kesatuan kesimpulan.
Menuju 2030
Sebagai kritik ketiga, Mudrajad yang memperoleh gelar doktor di pendidikan manajemen memang telah menawarkan jalan alternatif untuk membangun industri nasional . Meski demikian ia tidak secara tegas menyatakan bahwa indonesia bisa menjadi negara industri pada 2030 mendatang. Keinginan menjadikan indonesia sebagai negara ini mungkin baik. Tetapj kita juga perlu merenungkan kisah yang ditulis Frederic Bastiat , The Broken Window, pada tahun 1850.
Kira-kira demikian kisahnya seorang ayah mendapati putranya memecahkan sebuah kaca jendela. Awalnya orang-orang menyaksikan peristiwa itu bersimpati kepada sang ayah yang harus membayar enam franch untuk mengganti kaca yang pecah. Namun kemudian mereka berfikir bahwa mungkin kaca jendela yang pecah baik untuk bisnis kaca. Bastiat menulis “itulah yang terlihat”. Perusakan mendorong peningkatan bisnis kaca jendela. Kemudian Bastiat bertanya,” apa yang tidak terlihat?” Bastiat menunjukkan bahwa sang ayah tidak lagi memiliki enam franch untuk membeli sepatu atau buku untuk perpustakaannya.
Visi Indonesia 2030 dinyatakan oleh penggagasnya dibangun oleh rasa optimisme yang rasional dalam memandang masa depan yang lebih baik. Di dalamnya terdapat sinergi tiga komponen, yaitu pengusaha, birokrat dan akademisi. Kita sudah melihat pengusaha yang menjadi birokrat atau sebaliknya. Semoga para akademisi tidak berniat menjadi pengusaha.
Sumber : Marta (2007).
|
DAFTAR PUSTAKA
Alek dan Ahmad. 2010. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : Kencana
Kuncoro, Mudrajad.2002.Mahir Menulis Kiat jitu menulis artikel opini , Kolom, dan Resensi buku. Jakarta: Erlangga.
Syamsul, Asep. 2009. Jurnalistik Praktis, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Wijayanti, Sri Hapsari, dkk.2013. Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
