PUSAT - PUSAT PENDIDIKAN ISLAM, SISTIM PENGAJARAN AL- QUR’AN, DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah : Sejarah Pendidikan Islam.

Disusun Oleh :
1. Ahmad Amirudin ( 133311072 )
2. Kuntariatun ( 133311073 )
3. Mr. Mohammad Kasa (133311074 )
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TABIYAH DAN KEGURUAN
IAIN WALISONGO SEMARANG
2014
PENDAHULUAN
Proses pendidikan telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia dipermukaan bumi. Allah telah menurunkan petunjuk-petunjuk guna menjaga guna mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan sosial budaya tersebut agar tidak menyimpang dari tujuan penciptaan alam dan manusia itu sendiri sehingga kehidupan manusia tenteram di dunia dan akhirat. Petunjuk Allah tersebut disampaikan kepada manusia melalui Rasul-rasul Allah pada masa dan kondisi dimana manusia serta perkembangan kedudayaannya. Rasul Allah diutus bukan hanya untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama, tapi juga untuk mengembangkan sosial budaya manusia dan pembudayaan alam. Kisah para Rasul telah telah menunjukkan bahwa mereka pada hakikatnya merupakan tonggak penegak dari pertumbuhan dan perkembangan sosial budaya manusia dan pembudayaan alam. Misalnya Nabi Adam AS, beliau sebagai manusia pertama sekaligus Rasulnya telah merintis dan menegakkan tonggak budaya awal di bidang tarbiyah, ta’lim dan ta’dib secara langsung petunjuk dari Allah. Bimbingan Allah itu datang manakala dalam proses pewarisan budaya dari generasi ke generasi berikutnya mengalami kemacetan dalam perkembangannya, menyimpang dari tujuan semula ataupun manusia mengahadapi situasi kritis yang memerlukan penentuan alternatif yang dipilih untuk menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi.
Dalam pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam itu dibagi menjadi 5 periode, yaitu: (1) periode pembinaan pendidikan Islam, (2) periode pertumbuhan pendidikan Islam, (3) periode kejayaan ( puncak perkembangan pendidikan Islam ), (4). Periode kemunduran pendidikan Islam, (5). Periode Pembaharuan pendidikan Islam. Pembagian periode- periode dalam pendidikan Islam tersebut dimaksudkan untuk memudahkan urutan pembahasan, karena pada hakikatnya suatu peristiwa sejarah selalu berkaitan dengan peristiwa-peristiwa lainnya, baik itu sebelum maupun sesudahnya. Dalam pembahasan kali ini akan dipaparkan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, mulai dari Pusat-pusat pendidikan Islam sampai sistem pengajaran Al-Qur’an dan perkembangan kebudayaan Islam pada masa pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan Islam tersebut.
I. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah masa pembinaan pendidikan Islam ?
2. Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada masa pertumbuhan dan perkembangannya?
3. Bagaimanakah sistem pengajaran Islam masa pertumbuhan dan perkembangan Islam?
4. Bagaimanakah perkembangan kebudayaan Islam masa pertumbuhan dan perkembangannya?
II. PEMBAHASAN
1. Masa pembinaan pendidikan Islam
Masa pembinaan pendidikan islam adalah masa dimana proses penurunan ajaran Islam kepada Nabi Muhammad SAW dan proses pembudayaannya ( masuknya ke dalam kebudayaan manusia sehingga diterima dan menjadi unsur yang menyatu dalam kebudayaan manusia). Masa tersebut berlangsung sejak Nabi Muhammad menerima wahyu dan diangkat menjadi Rasul sampai dengan lengkap dan sempurnanya ajaran Islam yang menjadi warisan budaya umat Islam. Masa tersebut berlangsung selama 22 atau 23 tahun, sejak beliau menerima Wahyu yang pertama pada 17 Ramadhan 13 tahun sebelum hijriah ( bertepatan dengan 6 Agustus 610 H ) sampai dengan wafatnya pada 12 Rabi’ul Awal 11 H ( bertepatan dengan 8 juni 832 H ).
Datangnya Islam yang dibawa para rasul yang telah diutus oleh Allah adalah untuk meluruskan dan memacu perkembangan budaya umat manusia. Demikian juga Islam yang dibawa Nabi Muhammad berfungsi untuk meluruskan perkembangan budaya umat manusia yang ada pada zamannya dan memacu perkembangan selanjutnya. Dengan demikian tugas Nabi Muhammad adalah menata kembali unsur-unsur budaya yang ada dikalangan bangsanya dan meletakkan unsur-unsur baru yang akan menjadi dasar bagi berkembangnya budaya berikutnya. Dan tugas ini bukan hanya tertuju pada bangsanya sendiri, tetapi mengarah kepada pengembangan budaya seluruh umat manusia sebagaimana firman Allah :
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا كَآفَّةٗ لِّلنَّاسِ بَشِيرٗا وَنَذِيرٗا وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٢٨
“ Dan kami tidak mengutus kamu, malainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan”. ( Q.S. saba’ 34 : 28 ).
Dan pada ayat :
قُلۡ إِنَّمَا يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ فَهَلۡ أَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٨
Artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu, malainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. ( Q.S. Al- Anbiya : 108 ).
Namun demikian beliau memulai dan berhadapan langsung dengan warisan budaya bangsanya ( bangsa Arab ) karena disana beliau dilahirkan meskipun ia diutus oleh Allah untuk seluruh alam ( manusia ). Bangsa Arab adalah keturunan Ibrahim dari anaknya Ismail. Karena pada hakiktnya kebudayaan bangsa Arab yang dihadapi Nabi Muhammad adalah warisan budaya Nabi Ibrahim, maka tentunya masih terdapat unsur - unsur ajaran Islam yang telah dibudidayakan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail kedalamnya. Namun karena unsur - unsur budaya itu telah berjalan dalam waktu cukup panjang maka unsur - unsur islam itu tidak tampak dalam bentuk yang jelas, bahkan ada bagian- bagian yang sudah berubah sama sekali. Diantara warisan Nabi Ibrahim yang masih tampak jelas dan terpelihara adalah Ka’bah yang menjadi sentral budaya Islami pada zaman Nabi Ibrahim dan Ismail, dan secara turun - temurun tetap menjadi sentral budaya dikalangan bangsa Arab, walaupun ciri - ciri keislamannya semakin memudar.
Intisari warisan Nabi Ibrahim dengan Ka’bah sebagai pusatnya adalah ajaran Tauhid. Dan Nabi Muhammad memulai tugasnya dengan membersihkan Tauhid dari syirik dan peyembahan terhadap berhala, sehingga mutiara tauhid yang telah pudar cahayanya pada masa itu kembali cemerlang dan menyinari seluruh segi warisan yang ada. Sedangkan intisari ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi Muhammad dan yang digunakan olehnya untuk mengadakan operasi pembedahan terhadap warisan Nabi Ibrahim yang telah banyak menyimpang dari aslinya tersebut, tidak lain adalah Surah Al-Fatihah ( pembukaan ) yang merupakan intisari dari seluruh wahyu Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian pelaksanaan pendidikan Islam pada masa pembinaannya ini dilaksanakan Nabi Muhammad SAW berdasarkan petunjuk dan bimbingan langsung dari Allah. Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dan menyampaikan kepada umatnya agar wahyu tersebut dapat diterima dan dijadikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan umatnya. Selain itu beliau juga memberikan penjelasan bagi wahyu tersebut dan memberikan petunjuk serta teladan bagaimana melaksanakannya dalam kehidupan nyata. Kemudian Muhammad memerintahkan kepada umatnya agar memperhatikan dan meneladani pelaksanaan dan praktek wahyu – wahyu Allah tersebut, sehingga akhirnya menjadi landasan bagi sistem kehidupan umatnya.
Pendidikan Islam itu dimulai pada bulan Ramadhan dimana Al- Qur’an, petunjuk-petujuk serta teladan pelaksanaannya mulai diturunkan oleh Allah dan mulai dibudayakan dalam kehidupan manusia. Dan ini adalah pesan yang selalu dijadikan pedoman dalam melaksanakan pendidikan Islam ( proses pewarisan dan pembangunan budaya Ismail ), sebagaimana hadist Nabi, yang Artinya : kutinggalkan untuk kamu dua perkara ( pusaka ), tidaklah kamu akan tersesat selama - lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunah Rasul. ( Hadist ).
Pelaksanaan pembinaan pendidikan islam pada zaman Nabi tersebut dapat dibedakan menjadi dua tahap, baik dari segi waktu dan tempat penyelenggaraan, maupun dari segi isi dan materi pendidikan. Tahap itu adalah :.
a. Tahap / fase Makkah, sebagai fase awal pembinaan pendidikan Islam, dengan Makkah sebagai pusat kegiatannya.
Menurut sukarno dan ahmad supardi, pendidikan islam terjadi sejak nabi Mnuhammad di angkat menjadi rasulullah di Mekkah dan beliau sendiri sebagai gurunya. Pendidikan masa ini merupakan proto type yang terus menerus dikembangkan oleh umat islam untuk kepentingan pendidikan pada zamanya. Pendidikan islam mulai dilaksanakan rasulullah setelah mendapat perintah dari Allah agar beliau menyeru kepada Allah, sebagaimana yang termaktub dalam al – Qur’an surat Al – Mudatsir74 ayat 1 – 7 menyeru berarti mengajak, dan mengajak berarti mendidik.
Sedangkan visi pendidikannya adalah “ unggul dalam bidang akidah dan akhlak sesuai dengan nilai – nilai islam. Sejalan dengan visi tersebut maka misinya adalah pertama, memperkuat dan memperkukuh status kepribadian Muhammad sebagai Nabi dan Rasulullah SAW yang memiliki akidah dan keyakinan yang kukuh terhadap pertolongan Allah SWT, berbudi pekerti mulia, dan memiliki komitmen yang tinggi untuk menegakkan kebenaran dimuka bumi.
Kedua, memberikan bimbingan kepada Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengemban misi kebenaran.,
Ketiga, memberikan peringatan dan bimbingan akhlak mulia kepada keluarga dan kerabat dekat Nabi Muhammad SAW.
b. Tahap / atau fase Madinah, sebagai fase lanjutan dengan Madinah sebagai fase lanjutan ( penyempurnaan ) sebagai pusat kegiatannya.
Visi pendidikan di Madinah atau sesudah hijrah adalah “ unggul dalam bidang ke agamaan, moral, sosial ekonomi, dan kemasyarakatan, serta penerapannya dalam kehidupan”. Sejalan dengan visi tersebut, maka pendidikan yang berlangsung di Madinah memiliki misi :
a. Memberikan bimbingan kepada kaum muslimin menuju jalan yang di ridhoi tuhan
b. Mendorong kaum muslimin untuk berjihad di jalan Allah
c. Memberikan didikan Akhlak yang sesuai dengan keadaan mereka dalam bermacam – macamsituasi ( kalah, menang, bahagia, sengsara, aman, takut)
d. Mengajak kelompok diluar islam ( yahudi dan nasrani) agar mematuhi dan menjalankan agamanya dengan salih, sehingga mereka dapat hidup tertib dan berdampingan dengan umat islam.
e. Menyesuaikan didikan dan dakwah dengan keadaan masyarakat saat itu.
Dari beberapa visi dan misi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Madinah meliputi :
1. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
2. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.
3. Pendidikan anak dalam islam.
4. Pendidikan hankam ( pertahanan dan keamanan) dakwah islam.
2. Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam.
Pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dibagi dalam lima periodisasi, yaitu
1. periode pembinaan pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW,
2. periode pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung sejak Nabi Muhammad SAW wafat sampai masa akhir Bani Umayyah,
3. periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam yang berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sampai jatuhnya Baghdad..
4. tahap kemunduran pendidikan, yang berlangsung sejak jatuhnya kota Baghdad sampai dengan jatuhnya Mesir.
5. Tahap pembaharuan pendidikan islam, yang berlangsung sejak pendudukan Mesir sampai sekarang.
Pada masa pembinaan yang berlangsung pada masa Nabi Muhammad SAW, pendidikan Islam memasukkan ajaran Islam kedalam unsur-unsur budaya bangsa Arab pada masa itu. Dalam pembinaannya ada beberapa kemungkinan yang terjadi, diantaranya :
1. Adakalanya Islam mendatangkan suatu unsur yang sifatnya memperkaya dan melengakapi unsur budaya yang telah ada, seperti al-Quran didatangkannya Al-Qur’an oleh Nabi Muhammad SAw untuk dipelajari dan dihafal umatnya pada masa itu adalah untuk memeperkaya unsur budaya sastra Arab, yang pada masa itu diakui mempunyai tingkatan yang tinggi. Kalau pada mulanya mereka bangga membaca dan mengahafal syair-syair yang indah, maka dengan didatangkannya al-Qur’an berarti mereka diperkaya dan disempurnakan.
2. Adakalanya Islam mendatangkan sesuatu ajaran yang sifatnya meluruskan kembali nilai-nilai yang ada di dalam kenyataan praktisnya sudah menyimpang dari ajaran aslinya. Contoh dalam hal adalah ajaran tauhid.
3. Adakalanya Islam mendatangkan ajaran yang sifatnya bertentangan dengan budaya yang ada sebelumnya. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW sangat berhati-hati dalam mengubahnya agar tidak sampai terjadi gejolak dalam kehidupan masyarakat.
4. Budaya yang telah ada dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam pada umumnya dibiarkan tetap berlaku dan berkembang dengan mendapatkan pengarahan-pengarahan seperlunya.
5. Islam mendatangkan ajaran baru yang belum ada sebelumnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan perkembangan budayanya.
Setelah terbentuk setting nilai dan budaya Islami yang lengkap dan sempurna dalam ruang lingkupnya yang sepadan, baik dari segi situasi dan kondisi maupun waktu dan perkembangan zamannya. Setting tersebut dikembangkan secara kualitatif ( nilai dan budaya ditingkatkan kualitasnya sehingga menjadi lebih baik dan sempurna ) dan kuantitatif ( mengarah kepada pembentukan ajaran dan budaya baru untuk menambah kesempurnaan dan kesejahteraan hidup manusia ). Sumber pengembangan tersebut adalah AL-Qur’an dan As-Sunnah. Sasaran dari pembudayaan islam adalah seluruh umat manusia. Pendidikan Islam pada masa pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam ada dua sasaran, yaitu generasi muda dan masyarakat bangsa lain yang belum menerima ajaran Islam. Untuk sasaran yang ke dua penyampaian dan usaha internalisasinya dalam masyarakat bangsa yang baru menerimanya lazimnya disebut sebagai dakwah Islam, sedangkan yang pertama pewarisan ajaran Islam kepada generasi penerus disebut dengan pendidikan Islam. Berbarengan dengan pengembangan daerah kekuasaan islam pada masa-masa berikutnya, berkembang pula pusat-pusat kegiatan pendidikan Islam.
1. Pusat-pusat Pendidikan Islam
Menurut Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah pendidikan Islam, pusat-pusat Pendidikan Islam tersebut tersebar dikota-kota besar sebagai berikut:
a. Di kota Makkah dan madinah ( Hijaz )
b. Di kota Basrah dan Kuffah ( Irak )
c. Di Kota Damsyik dan Palestina ( Syam )
d. Di Kota Fistat ( Mesir ).
Di Pusat-pusat pendidikan tersebut para sahabat memberikan pelajaran agama pada muridnya dan di pusat-usat pendidikan tersebut munculah madrasah-madrasah yang terkenal pada masa pertumbuhan tersebut,diantaranya :
a. Madrasah Makkah
b. Madrasah Madinah
c. Madrasah Basrah
d. Madrasah Kufah
e. Madrasah Damsyik
f. Madrasah Fistat
Diantara Ulama-Ulama yang sangat termashur pada masa itu adalah
1. Abdullah bin umar di Madinah
2. Abdullah bin Mas’ud di Kufah
3. Abdullah bin Abbas di Makkah
4. Abdullah bin Amr bin Al-Ash di Mesir
Karena para sahabat tidak menghafal semua perkataan Nabi Muhammad SAW dan tidak melihat semua perbuatan nabi. Setengah sahabat menghafal hadis-hadis yang tidak dihafal oleh sahabat yang lain, sehingga hadis-hadis yang diajarkan oleh ulama satu kadang tidak dikenal oleh ulama yang lain. Oleh sebab itu para pelajar tidak mencukupkan hanya belajar pada satu ulama saja, tetapi mereka melewat kekota yang lain untuk melanjutkan ilmunya.
Dalam sejarah, Hasan abd ‘Al melakukan penelitian khusus mengenai institusi-institusi pendidikan islam pada abad ke-4 H, menyebutkan bahwa institusi pendidikan islam pada abad ini meliputi: Kuttab, al-Qushur, Hawamit al-waraqin, mandzil al-ulama, al-Badiyah, dan madrasah. Sesuai sumber diatas Ahmad Syalabi juga menyinggung masalah Dar al-Hikmah atau sejenisnya, yang oleh Hasan add al-’Al dikategorikan sebagai Duar al-Kutub atau Duar al-Ilm. Akan tetapi Ahmad Syalabi tidakmemasukkannya sebagai tempat pendidikan, melainkan termasuk al-Maktabat. Hasan abd al-’Al menyimpulkan bahwa madrasah adalah institusi yang timbul pada abad ke-4 H, dan menganggapnya sebagai era baru dari tahapan perkembangan pendidikan Islam. Jadi madrasah sudah ada sebelum masa Nizam al-Mulk.
Dalam sejarah Islam tercatat, bahwa di zaman Klasik, pertengahan dan masa sekarang terdapat sejumlah institusi pendidikan yang memiliki kelebihan dan kekuatan, serta telah memberikan sumbangan besar dalam pendidikan Islam, diantaranya yaitu:
1. Darul Aqram
Dar – Arqam adalah lembaga pendidikan islam pertama yang ada di Mekkah yang keadannya amat sederhana. Yaitu dengan menggunakan sebagian dari ruangan rumah milik seorang pengikut Rasulullah SAW. Yang bernama Al – arqam Al – Shafa. Biolangan kaum muslimin yang hadir pada masa awal islam ini masih sangat kecil, tetapi semakin berta,mbah hingga menjadi 38 orang yang terdiri dari para golongan bangsawan quraisy, pedagang, dan hamba sahaya.
Di Dar – Arqam, Rasulullah Saw. Mengajarkan wahyu yang telah diterimanya kepada kaum muslimin. Beliau juga membimbing mereka menghafal, menghayati, dan mengamalkan ayat- ayat suci yang diturunkan kepadanya.
2. Masjid
Masjid selain berfungsi sebagai tempat melaksanakan solat berjama’ah, juga tempat melaksanakan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, termasuk pendidikan. Setelah hijrah ke madinah pendidikan kaum muslimin berpusat di masjid – masjid. Masjid Quba merupakan masjid pertama yang dijadikan sebagai tempat kegiatan pendidikan. Didalam masjid rasulullah mengajar dan member Khutbah dalam bentuk halaqah dimana para sahabat duduk mengelilingi beliau untuk mendengar dan melakukan Tanya jawab berkaitan urusan agama dan kehidupan sehari – hari.
3. As-Suffah
As – Suffah merupakan ruangan atau bangunan yang bersambung dengan masjid. Suffah dapat dilihat sebagai sebuah boarding school, karena kegiatan pengajaran dan pembelajaran dilakukan secara sistematik dan teratur. Mereka yang tinggal di Suffah disebut Ahl al – suffah.
4. Kuttab.
Kutab didirikan oleh bangsa Arab sebelum kedatangan islam dan bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada anak – anak. Namun demikian lembaga pendidikan ini tidak mendapat perhatian dari masyarakat arab. Hal ini terbukti dari sedikitnya orang – orang arab yang menguasai baca tulis pada sa’at islam datang. Mengajar keterampilan membaca dan menulis dilakukan oleh guru – guru yang mengajar secara sukarela. Rasulullah SAW. Juga pernah memerintahkan tawana perand badar yang mampu membaca dan menulis untuk mengajar sekitar sepuluh orang anak – anak muslim senagai syarat membebaskan diri mereka tawanan.
Ahmad Syalabi adalah ilmuwan pertama yang menjelaskan terdapatnya dua jenis Khuttab dalam sejarah pendidikan Islam. Perbedaan kedua Kuttab ini didasarkan pada isi pengajaran ( kurikulum, tenaga pengajar, dan masa tumbuhnya). Kuttab jenis pertama adalah Kuttab yang berfungsi mengajarkan tulis baca dengan teks dasar puisi-puisi Arab, dan dengan sebagian besar gurunya adalan non muslim ( setidaknya pada masa Islam paling awal ). Kuttab jenis kedua adalah yang berfungsi sebagai tempat pengajaran Al-qur’an dan dasar-dasar agama Islam. Disinilah menurut Syalabi terjadinya kekeliruan pemahaman oleh beberapa ilmuwan terdahulu dengan menganggap kedua jenis Kuttab ini adalah sama. Ia mengambil contoh tiga ilmuwan : Philip K.Hitti, Ahmad Amin, dan Ignas Goldziher. Mempercayai bahwa titik tulis-baca maupun Al-Qur’an dan dasar-dasar agama diajarkan pada Kuttab yang sama sejak masa islam yang paling dini akan menjurus pada kesimpulan bahwa anak-anak generasi awal muslim mempelajari agamanya dari orang-orang non muslim. Dari sini terlihat jelas perbedaan kedua Kuttab tersebut. Kuttab jenis kedua tidak ditemui pada masa paling awal, ketika Kuttab jenis pertama sudah mulai berkembang. Pengajaran Al-Qur’an pada Kuttab sebagai teks baru setelah jumhur qurra’ dan huffazh (ahli bacaan dan penghafal Al-Qur’an ) telah banyak. Sebelumnya pengajaran agama anak-anak dilangsungkan di rumah-rumah secara non formal
5. Istana
Istana yang dalam bahasa arab di sebut Qusr adalah lembaga pendidikan yang mulia tumbuh pada zaman kholifah bany umayyah. Pendidkan diistana bukan saja mengajarkan ilmu agama , melainkan juga pengetahuan umum, bahasa ( sastra arab), berpidato, olahraga seperti menunggan kuda , memanah dan berenang
6. Badiah
Badiah adalah lembaga pendidikan yang mulia muncul pada zaman kholifah bani umayyah lembaga ini dibangun dalam rangka melaksanakan arabisasi yang di gagas khalifah Abdulmalik bin marwan secara harfiyah badiah artinya dusun baduwi di padang sahara yang di dalamnya terdapat bahasa Arab yang masih asli, dan murni sesuai dengan kaidah bahasa arab.
7. Perpustakaan
Perpustakaan tidak hanya tempat berfungsi menyipan buku, melainkan juga sebagai tempat untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Seorang penulis atau pengarang buku terkadang diundang keperpustakaan untuk mempresentasikan temuan atau informasi yang ada dalam buku yang tulisnya. Selain itu juga dapat pola dilakukan dengan cara seorang pelajar membaca memahami dan menganalisis buku-buku di perpustakaan, dan terkadang pula dilakukan dengan kegiatan penyalinan dan penerjemahan buku. Dengan peran dan fungsinya yang dimikian itu, maka perpustakaan telah memainkan peran sebagai lembaga pendidikan.
8. Al- Bimaristan
Al- Bimaristan adalah rumah sakit tempat berobat dan merawat orang sakit serta sekaligus sebagai tempat melakukan magang dan penelitian bagi calon dokter
9. Al-Hawanit al-Warraqien (toko buku)
10. Al-Manazil Al-Ulama ( rumah para Ulama ).
11. Al-Shaluun Al-Adabiyah ( sanggar sastra)
12. Madrasah
Madrasah adalah lembaga pendidikan tingkat dasar, menengah dan atas yang mengajarkan ilmu agama islam semata – mata atau perpaduan antara ilmu agam islam dengan ilmu umum, atau ilmu –ilmu umum yang berbasis ajaran islam.
13. Perpustakaan dan observarium
14. Ar-Ribath ( tempat untuk melakukan penelitian)
15. Al-Zawiyah.( tempat yang berada dibagian pinggir masjid yang digunakan sebagai tempat untuk melakukan bimbingan spiritual, wirid, zikir, mujahadah dan lain- lain )
3. Pengajaran Al-Qur’an pada Masa Pertumbuhan dan perkembangan
Al-qur’an merupakan intisari sumber pokok ajaran islam yang disampaikan nabi Muhammad SAW kepada ummat. Tugas Nabi Muhammad SAW disamping mengajarkan tauhid juga mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya agar secara utuh dan sempurna menjadi milik umatnya selanjutnya akan menjadi warisan secara turun-temurun, dan menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi kaum muslimin sepanjang zaman.
Rasulullah bersabsa:” Aku tinggalkan dua perkara, apabila kamu berpegang teguh kepadanya, maka kamu tidak akan tersesat, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah”.
Dari hadist diatas, Intisari ajaran Islam adalah yang termaktub dalam Al-Qur’an, sedangkan Hadist ataupun sunnah rasul merupakan penjelasan apa-apa yang dimaksudkan dalam Al-Qur’an. Nabi Muhammad telah dengan sempurna menyampaikan al-Qur’an kepada para sahabat dan memberikan penjelasan menurut keperluannya pada masa itu. Setelah Nabi Muhmmad SAW wafat, islam berkembang secara luas dan diterima oleh bangsa-bangsa selain bangasa Arab. Sumber pengajaran al-Qur’an pada masa itu adalah para sahabat, dan merekalah yang bertanggungjawab untuk mengajarkan al-Qur’an dan memberikan penjelasan dan pengertiannya.
Problema pertama dalam pengajaran al-Qur’an adalah menyangkut Al-Qur’an pada masa itu. Al-Qur’an secara lengkap ada pada hafalan para Sahabat, tetapi tidak semua sahabat hafal sepenuhnya. Selain itu Al-Qur’an juga masih dalam benttuk tulisan yang berserakan, yaitu yang ditulis oleh para sahabat yang pandai menulis atas perintah Nabi Muhammad SAW selama proses penurunan Al-Qur’an. Jadi belum berupa mushaf sebagaimana yang kita lihat sekarang. Sementara itu dengan meninggalnya sebagian sahabat yang hafal Al-Qur’an berarti akan semakin berkurang narasumber, khawatir akan hal itu umar membicarakannya Abu Bakar yang pada intinya akan menjadi awal mula pembukuan Al-qur’an. Dalam perbincangan tersebut akhirnya Zaid kemudian mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an dari daun, pelepah kurma, batu, tanah keras, tulang unta atau kambing, dan dari sahabat-sahabat yang hafal al-Qur’an.
Dalam usaha pengumpulan Al-Qur’an Zaid bin Tsabit bekerja dengan sangat hati-hati dan teliti. Walaupun ia hafal sepenuhnya seluruh ayat-ayat al-Qur’an, ia tetap masih memandang perlu untuk mencocokkan kembali hafalannya dengan hafalan para sahabat yang lain. Problema yang selanjutnya adalah masalah pembacaan ( qiraat ), karena para ulama mengajarkan Al-Qur’an menurut dialek masing-masing. Setelah Al-Qur’an dihafalkan kaum muslimin yang tidak berbahasa Arab, maka kaum muslimin dari satu daerah yang diajar dengan menggunakan satu dialek akan merasa asing dengan bacaan Al-Qur’an muslimin dari daerah yang berbeda yang tentu akan membingungkn mereka. Karena mereka merasa paling benar sesuai bacaaan mereka, maka terjadilah pertikaian antarumat Islam. Setelah itu Khalifah Ustman atas usul Zaid bin Tsabit meminjam naskah atau lembaran-lembaran Al-qur’an yang telah ditulis pada zaman Abu Bakar yang pada waktu itu disimpan oleh Hafsah bin Umar, untuk ditulis kembali oleh panitia yang dibentus Utsman. Ketua panitianya adalah Zaid bin Tsabit ( penulis mushaf pada masa Abu Bakar, juga penulis Al- Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW.) dengan anggota : Abdullah bin Zubair bin Ash dan Abdurrahman bin Haris. Dalam penulisan tersebut, Usman mempersilahkan panitia untuk
(1) mengambil pedoman pada bacaan mereka yang hafal Al-Qur’an,
(2) kalau ada pertikaian antara mereka tentang bacaan tersebut, maka harus dituliskan menurut dialek suku Quraisy, sebab Al-qur’an itu diturunkan menurut dialek mereka.
Al-Qur’an yang telah dibukukan dinamai Mushaf, dan oleh panitia telah dibuat lima buah Mushaf. Mushaf-Mushaf itu dikirim ke Makkah, Syiria, Basrah dan Kufah, sedangkan yang satu dipegang khalifah sendiri di madinah. Setelah itu Khalifah memerintahkan supaya catatan-catatan yang sebelumnya dibakar agar mereka berpegang pada Mushaf lima tersebut. Manfaat dari pembukuanAl-Qur’an pada masa Ustman adalah:
1.Menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan tulisannya.
2.Menyatukan bacaan, jika ada perbedaan harus tidak berlawanan dengan ejaan Mushaf Ustman.
3.Menyatukan tertib susunan surat-surat, menurut tertib sebagaimana Mushaf saat ini.
Dalam menyampaikan pesan edukatif kepada manusia, Al-Qur’an mengunakan beragai macam metode. Berdasarkan metode yang diuraikan Abdur Rahman Shalih Abdullah mengenai variasi metode Al-qur’an dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu
1) metode verbal ( metode cerita, metefora, pertanyaan dan metode deduksi )
2) metode non verbal ( metode demonstrasi, perjalanan ilmiah, dan metode penelitian ).
Menurut Ali Al-Jumbulati beberapa metode pendidikan Al-Qur’an yang dapat memoermudah dalam pengajarannya diantaranya
a. meteode pembiasaan,
b. metode pengulangan,
c. metode pengaruh kejiwaan,
d. metode pengaruh kejiwaan,
e. metode logika,
f. metode tanya jawab,
g. metode cerita,
h. metode bimbingan dan penyuluhan,
i. metode teladan,
j. metode peringatan dan penghargaan dan
k. metode pengampunan/pemberian maaf.
4. Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Kebudayaan Islam
Pendidikan Islam telah mewariskan nilai-nilai budaya Islam kepada generasi muda, setelah itu generasi muda mulai mengembangkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda dan mengembangkan sehingga mencapai dan memberikan manfaat maksimal bagi hidup dan kehidupan manusia sesuai dengan tingkat perkembangannya. Jika pada masa Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai masa penyemaian kebudayaan Islam kedalam sistem budaya bangsa Arab pada masa itu, dengan meluasnya ajaran Islam dipeluk oleh bangsa- bangsa di luar bangsa Arab yang mempunyai sistem budaya yang berbeda- beda, maka berarti pendidikan Islam masa kini berarti penanaman secara luas nilai dan kebudayaan Islam agar subur didalam lingkungan yang lebih luas.
Masyarakat yang menerima Islam dari kalangan luar bangsa Arab telah hidup pada sistem budaya yang telah berkembang melebihi perkembangan sistem budaya Arab pada masa turunnya Islam, sehingga Islam menghadapi unsur-unsur budaya baru yang berbeda dengan unsur budaya Arab yang pernah dihadapinya. Misalnya saja Daerah- daerah Mesir, Syiria, Persia, Samarkand dan India yang dikuasai oleh kaum muslimin pada masa itu adalah pusat-pusat kebudayaan yang terkenal maju. Mendapat tantangan unsur-unsur budaya setempat yang telah berkembang, maka tumbuh dan berkembang pula kebudayaan Islam yang didasari oleh kebudaan Islam yang didasari oleh ajaran Islam.
Diantara Kota-Kota besar yang tercatat dalam sejarah sebagai kota yang pernah melakukan perenan penting dalam pembangunan kebudayaan antara lain:
1. Al-Haramain ( Makkah dan Madinah ).
2. Baghdad
3. Kairo
4. Granada
5. Isfahan ( Persia )
6. Istanbul
7. Delhi ( india )
8. Samarkand dan bukhara ( Transoxania ).
Dalam memperoleh kebudayaan islam yang maju dan mudah diterima oleh bangsa lain, ada beberapa faktor islam mencapai kebudayaan tersebut adalah :
a. Akal dihormati
b. Menuntut ilmu
c. Dilarang bertaqlid
d. Inisiatif
e. Mementingkan hak atas keduniaan
f. Akulturasi
III. KESIMPULAN
1. Masa pembinaan pendidikan Islam
Masa pembinaan pendidikan islam adalah masa dimana proses penurunan ajaran Islam kepada Nabi Muhammad SAW dan proses pembudayaannya ( masuknya ke dalam kebudayaan manusia sehingga diterima dan menjadi unsur yang menyatu dalam kebudayaan manusia). Masa tersebut berlangsung sejak Nabi Muhammad menerima wahyu dan diangkat menjadi Rasul sampai dengan lengkap dan sempurnanya ajaran Islam yang menjadi warisan budaya umat Islam. Masa tersebut berlangsung selama 22 atau 23 tahun, sejak beliau menerima Wahyu yang pertama pada 17 Ramadhan 13 tahun sebelum hijriah ( bertepatan dengan 6 Agustus 610 H ) sampai dengan wafatnya pada 12 Rabi’ul Awal 11 H ( bertepatan dengan 8 juni 832 H ).
2. Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam.
Pendidikan Islam pada masa pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam ada dua sasaran, yaitu generasi muda dan masyarakat bangsa lain yang belum menerima ajaran Islam. Untuk sasaran yang ke dua penyampaian dan usaha internalisasinya dalam masyarakat bangsa yang baru menerimanya lazimnya disebut sebagai dakwah Islam, sedangkan yang pertama pewarisan ajaran Islam kepada generasi penerus disebut dengan pendidikan Islam.
A. Pusat-pusat Pendidikan Islam
Menurut Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah pendidikan Islam, pusat-pusat Pendidikan Islam tersebut tersebar dikota-kota besar sebagai berikut:
1. Di kota Makkah dan madinah ( Hijaz )
2. Di kota Basrah dan Kuffah ( Irak )
3. Di Kota Damsyik dan Palestina ( Syam )
4. Di Kota Fistat ( Mesir ).
3. Pengajaran Al-Qur’an pada Masa Pertumbuhan dan perkembangan
Dalam menyampaikan pesan edukatif kepada manusia, Al-Qur’an mengunakan beragai macam metode. Berdasarkan metode yang diuraikan Abdur Rahman Shalih Abdullah mengenai variasi metode Al-qur’an dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu
a. metode verbal ( metode cerita, metefora, pertanyaan dan metode deduksi )
b. metode non verbal ( metode demonstrasi, perjalanan ilmiah, dan metode penelitian ).
4. Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Kebudayaan Islam
Diantara Kota-Kota besar yang tercatat dalam sejarah sebagai kota yang pernah melakukan perenan penting dalam pembangunan kebudayaan antara lain:
a. Al-Haramain ( Makkah dan Madinah ).
b. Baghdad
c. Kairo
d. Granada
e. Isfahan ( Persia )
f. Istanbul
g. Delhi ( india )
h. Samarkand dan bukhara ( Transoxania ).
Dalam memperoleh kebudayaan islam yang maju dan mudah diterima oleh bangsa lain, ada beberapa faktor islam mencapai kebudayaan tersebut adalah :
1. Akal dihormati
2. Menuntut ilmu
3. Dilarang bertaqlid
4. Inisiatif
5. Mementingkan hak atas keduniaan
6. Akulturasi
IV. PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami susun, apabila ada kesalahan dalma hal penulisan maupun kata – kata ataupun kekurangan yang lainnya kami mohon ma’af yang sebesar – besarnya, dan tentunya kami mengharapkan kritik dan sarannya agar kami dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi. Terlepas dari kekurangan kami, semoga makalah ini dapat bermanfa’at bagi keta semua. Amiin
DAFTAR PUSTAKA
Asari ,Hasah, Menyingkap zaman keemasan Islam ,Bandung : Mizan. 1994
Asrahah, Hanung, Sejarah Pendidikan Islam ,Jakarta : Logos, 1999.
Nata, Abudin, Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi pendidikannya, Jakarta: PT Grafindo persada.2012.
Nata, Abudin, Sejarah Pendidikan Islam .Jakarta : Kencana, 2011.
Natsir, M. kebudayaan Islam dalam perspektif sejarah, Jakarta : PT. GIRIMUKTI PASAKA. 1998
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam ( Jakarta : Kencana, 2011)
Suwito, Sejarah Sosial pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Interpratama Offset.2005.
Syukur, Fatah, Sejarah Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Rizki putra.2012
Untung, Moh. Slamet, Menelurusuri Metode Pendidikan Ala rasulullah, Semarang: Pustaka Rezki Putra.2002.
Zuhairi dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara.1992.
heem lebih baik lagi yaa
BalasHapus