Nama : kuntariatun
NIM : 133311073
Harapku Motivasiku
Saya Kuntariatun seorang anak desa yang bisa dipanggil
kun/kunta/tun. Saya dilahirkan disebuah desa terpencil jauh dari perkotaan.
Tepatnya di Desa Kletek Dk. Rempelas Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati pada
11 Januari 1995. Saya tiga bersaudara dan kebetulan anak paling bungsu. Saya
berasal dari keluarga kecil sederhana. Ayah saya bernama Sunandar dan ibu saya
Suki. Ayah dan ibu saya seorang petani. Saya sangat bangga pada cita-cita mulia
mereka walaupun ibu saya tidak bisa membaca dan ayah saya juga kurang lancar,
tetapi semangat mereka ingin saya melanjutkan adalah motivasi dan kebanggan
bagi saya. Saya dari dulu paling senang dengan membaca. Dari kecil saya ingin
menjadi seorang guru, karena itu tugas yang mulia dan termotivasi guru waktu di
SD. Saya pertama kali masuk SD pada tahun 2001 di SD kletek 02 tepatnya tanggal
15 juli 2001. Pada tahun 2002 saya pindah di SD Kletek 01 karena sekolah yang
lama telah dibubarkan. Setiap hari berjalan bersama teman-teman tanpa sosok
ayah ataupun ibu sampai kelas 4 karena belum bisa naik sepeda. Pada tahun 2006
saya lulus SD dan melanjutkan di Mts.Matholi’ul Ulum Pucakwangi. Disana banyak kenangan
bersama teman-teman, tetapi mungkin hanya ada satu teman yang masih langgeng
komunikasi sampai sekarang, dia bernama Sumiatun Yanuarti. Dan saya mempunyai
guru idola yang menurut saya beliau seorang yang bijaksana, beliau bernama
bapak Sutaman dan beliau juga yang memotivasi saya untuk bisa melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi. Kelas VII saya memperoleh peringkat 2 dan 1, kelas
VIII 1 dan kelas IX mendapat 2 dan 1.
Setelah tamat tahun 2010 saya
melanjutkan di MA Matholi’ul Huda Pucakwangi. Disini kelas X semester 1
mendapat peringkat 1 dan semester II 2
(dua) dan kelas 2 semester 1 mendapat 2 dan semester 11 mendapat 1. Namun pada
saat kelas 3 saya mendapat 3 dan waktu lulus belum beruntung. Pada awal masuk saya memutuskan untuk tinggal
dirumah seorang guru sekaligus belajar mengaji disana. Saya mencoba
menyeimbangkan antara ilmu agama dan umum. Pada tahun pertama disana saya
pernah diminta Mbah (Pemilik rumah) sekaligus bapak dari guru saya untuk bantu-bantu disana setelah
kakak kelas saya tamat. Tapi pada waktu belum setahun penuh saya disana beliau
telah menghadap pada Yang Maha Kuasa, saya masih ingat betul sosok beliau dan
sampai sekarang saat saya melihat RS Sultan Agung saya selalu tersadar bahwa
ini tempat terakhir beliau dirawat sebelum akhirnya dibawa pulang dan menghadap
pada yang Maha Kuasa.
Pada tahun ajaran kedua saya memberanikan diri untuk tinggal di ndalem
rumah beliau. Disana saya mulai menemukan keluarga baru yang sangat menyayangi
saya seperti keluarga sendiri. Bahkan sampai saat ini jika saya pulang selalu
menyempatkan kerumah beliau. Jika liburan saya juga selalu menginap diirumah
beliau. Saya sudah menyayangi mereka dan manganggap mereka orang yang sangat
berjasa atas masa depan saya. Setelah selesai UN saya mulai mencari-cari
informasi tentang perguruan tinggi. Dulu saya sangat berharap bisa melanjutkan
di UNAIR tatapi mungkin karena belum jodohnya disana akhirnya masuk di IAIN
Walisongo. Tetapi saya berterimakasih pada kakak Mahasiswa UNAIR yang telah
baik. Mereka mau membantu mendaftarkan
dan mencarikan kenalan di Semarang untuk mencari tempat tinggal sementara. Saat
saya masih gaptek (gagap teknologi) mereka mau membantu mendaftarkan lewat
online walaupun tidak pernah bertemu. Saya sangat berterimakasih pada mereka
semoga Allah membalas kebaikan mereka dengan lebih baik.
Sejak dulu saya berusaha optimis apapun yang terjadi. Mungkin saya pernah
mengalami kegagalan tetapi itu semua tidak membuat saya putus harapan. Saya
mencoba mencari setiap titik temu yang ada. Saya yakin Allah Maha Pengasih,
Maha Mengetahui kebutuhan hamba-Nya. Dari kejadian-kejadian itu semua mendewasakan agar menjadi orang yang lebih
bijaksana.
Saya insyaallah akan menjadi sarjana perempuan pertama di desa saya.
Makanya saya tidak boleh main-main saja tanpa ada yang didapatkan. Saya
berharap dapat menjadi motivasi bagi mereka bahwa wanita itu juga bisa. Anak
desa tidak cukup berpendidikan sampai MA/SMA saja tetapi juga mempunyai hak
yang sama dengan anak yang peradabannya sudah tergolong maju. Saya senang jika
pulang dapat menjadi wanita inspirasi, menjadi contoh yang baik dan saya
berharap dapat merubah pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Jika
saya sering diomongi apa gunanya wanita sekolah tinggi-tinggi saya ingin
menunjukkan mencari ilmu itu bukan hanya untuk laki-laki, untuk orang kaya
tetapi pendidikan itu hak semua manusia tanpa terkecuali. Saya ingin
menunjukkan dengan pendidikan pola pemikiran akan semakin maju dan pengetahuan
semakin luas.
Sekarang saya melanjutkan di IAIN Walisongo Semarang. Di sini saya baru
semester 2, mungkin masih tergolong baru tetapi saya mulai mencoba memahami
lingkungan, berusaha sebisa mungkin semangat dalam belajar karena itu yang
diamanahkan kedua orang tua. Saya selalu termotivasi kata-kata mereka “biar
kami tidak bisa membaca, bodoh tetapi anaknya itu pintar”. Mungkin jika saya
belajar hanya untuk main-main telah mendustakan kepercayaan mereka. Saya mulai
mencoba berorganisasi tetapi di lembaga tersebut kurang nyaman dan akhirnya
mulai malas dan sekarang menjadi anggota TLC Walisongo. Saya juga pernah
mencoba belajar bersama dengan seorang anak tatapi pada waktu liburan pergi
kerumah kakeknya dan setiap saya kesana selalu tidak ada akhirnya saya tidak
lagi datang kesana. Mengenai cita-cita saya mungkin senurut sebagian besar
orang tidak menarik karena tidak seperti cita-cita teman-teman yang punya
harapan besar mempunyai sekolah, menjadi dosen, mempu, bekerja diperusahaan
ternama, menjadi penulis terkenal dan lainnya yang sekirannya itu membuka
peluang sukses dalam hidupnya. Berbeda dengan saya yang mempunyai cita-cita
sederhana. Aku hanya ingin menjadi seorang guru dan mempunyai Yayasan Panti
asuhan dimana saya bisa memperhatikan mereka seperti orang tua kandung. Mungkin
itu kebahagiaanku karena menjaga mereka, peduli terhadap mereka itu menjadi keharusan.
Makna kesuksesan bagi saya bukanlah orang yang berhasil melimpahkan harta,
tetapi dapat merasakan kehudupan orang-orang yang kurang beruntung dimana saya
dapat diterima menjadi bagian hidup mereka. Saya selalu memandang keberhasilan
bukan dari nilai sebuah kertas tetapi bagaimana kita dapat mengaplikasikan dan
bermanfaat bagi sesama.
Saya berharap sosok laki-laki yang
sederhana, dia tak harus tampan tetapi baik antara dunia dan akhiratnya. Dia
tidak pernah marah tetapi dapat memahami apa yang saya harapkan. Dia juga tidak
harus kaya tetapi cukuplah mengajar ilmu agama dan bisa bermanfaat bagi orang
lain. Dia suka membantu dan peduli terhadap sesama. Dia bisa menuntun kebaikan
dalam kehidupan. Selain itu saya berharap dapat berangkat bersama keluarga ke
Baitullah. Jika nama saya sudah ada disana, maka saya ingin segera
mengunjunginya. Mungkin sekianlah biografi saya terimakasih.

Sebaik-baik
orang adalah yang dapat bermanfaat bagi orang lain.
Apik cita2mu nduk...njunjung dhuwur mendhem jero derajate wong tuwo lan desane,mugo2 gusti maringi lan ngabulno opo sing kok gayuh. Aku ugo cah kletek,nanging ara iso koyo slirane
BalasHapus,Aku nduweni kebisanan, nanging durng iso tak gawe ngembangne kampung sing mbiyen aku dilahirno.
Apik cita2mu nduk...njunjung dhuwur mendhem jero derajate wong tuwo lan desane,mugo2 gusti maringi lan ngabulno opo sing kok gayuh. Aku ugo cah kletek,nanging ara iso koyo slirane
BalasHapus,Aku nduweni kebisanan, nanging durng iso tak gawe ngembangne kampung sing mbiyen aku dilahirno.