Minggu, 11 Mei 2014

biografi KTI



Nama       : kuntariatun
NIM        : 133311073
 
                  
                Harapku Motivasiku
Saya Kuntariatun seorang anak desa yang bisa dipanggil kun/kunta/tun. Saya dilahirkan disebuah desa terpencil jauh dari perkotaan. Tepatnya di Desa Kletek Dk. Rempelas Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati pada 11 Januari 1995. Saya tiga bersaudara dan kebetulan anak paling bungsu. Saya berasal dari keluarga kecil sederhana. Ayah saya bernama Sunandar dan ibu saya Suki. Ayah dan ibu saya seorang petani. Saya sangat bangga pada cita-cita mulia mereka walaupun ibu saya tidak bisa membaca dan ayah saya juga kurang lancar, tetapi semangat mereka ingin saya melanjutkan adalah motivasi dan kebanggan bagi saya. Saya dari dulu paling senang dengan membaca. Dari kecil saya ingin menjadi seorang guru, karena itu tugas yang mulia dan termotivasi guru waktu di SD. Saya pertama kali masuk SD pada tahun 2001 di SD kletek 02 tepatnya tanggal 15 juli 2001. Pada tahun 2002 saya pindah di SD Kletek 01 karena sekolah yang lama telah dibubarkan. Setiap hari berjalan bersama teman-teman tanpa sosok ayah ataupun ibu sampai kelas 4 karena belum bisa naik sepeda. Pada tahun 2006 saya lulus SD dan melanjutkan di Mts.Matholi’ul Ulum Pucakwangi. Disana banyak kenangan bersama teman-teman, tetapi mungkin hanya ada satu teman yang masih langgeng komunikasi sampai sekarang, dia bernama Sumiatun Yanuarti. Dan saya mempunyai guru idola yang menurut saya beliau seorang yang bijaksana, beliau bernama bapak Sutaman dan beliau juga yang memotivasi saya untuk bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kelas VII saya memperoleh peringkat 2 dan 1, kelas VIII 1 dan kelas IX mendapat 2 dan 1.
 Setelah tamat tahun 2010 saya melanjutkan di MA Matholi’ul Huda Pucakwangi. Disini kelas X semester 1 mendapat peringkat 1 dan semester II  2 (dua) dan kelas 2 semester 1 mendapat 2 dan semester 11 mendapat 1. Namun pada saat kelas 3 saya mendapat 3 dan waktu lulus belum beruntung.  Pada awal masuk saya memutuskan untuk tinggal dirumah seorang guru sekaligus belajar mengaji disana. Saya mencoba menyeimbangkan antara ilmu agama dan umum. Pada tahun pertama disana saya pernah diminta Mbah (Pemilik rumah) sekaligus bapak dari  guru saya untuk bantu-bantu disana setelah kakak kelas saya tamat. Tapi pada waktu belum setahun penuh saya disana beliau telah menghadap pada Yang Maha Kuasa, saya masih ingat betul sosok beliau dan sampai sekarang saat saya melihat RS Sultan Agung saya selalu tersadar bahwa ini tempat terakhir beliau dirawat sebelum akhirnya dibawa pulang dan menghadap pada yang Maha Kuasa.
Pada tahun ajaran kedua saya memberanikan diri untuk tinggal di ndalem rumah beliau. Disana saya mulai menemukan keluarga baru yang sangat menyayangi saya seperti keluarga sendiri. Bahkan sampai saat ini jika saya pulang selalu menyempatkan kerumah beliau. Jika liburan saya juga selalu menginap diirumah beliau. Saya sudah menyayangi mereka dan manganggap mereka orang yang sangat berjasa atas masa depan saya. Setelah selesai UN saya mulai mencari-cari informasi tentang perguruan tinggi. Dulu saya sangat berharap bisa melanjutkan di UNAIR tatapi mungkin karena belum jodohnya disana akhirnya masuk di IAIN Walisongo. Tetapi saya berterimakasih pada kakak Mahasiswa UNAIR yang telah baik. Mereka  mau membantu mendaftarkan dan mencarikan kenalan di Semarang untuk mencari tempat tinggal sementara. Saat saya masih gaptek (gagap teknologi) mereka mau membantu mendaftarkan lewat online walaupun tidak pernah bertemu. Saya sangat berterimakasih pada mereka semoga Allah membalas kebaikan mereka dengan lebih baik.
Sejak dulu saya berusaha optimis apapun yang terjadi. Mungkin saya pernah mengalami kegagalan tetapi itu semua tidak membuat saya putus harapan. Saya mencoba mencari setiap titik temu yang ada. Saya yakin Allah Maha Pengasih, Maha Mengetahui kebutuhan hamba-Nya. Dari kejadian-kejadian itu semua   mendewasakan agar menjadi orang yang lebih bijaksana.
Saya insyaallah akan menjadi sarjana perempuan pertama di desa saya. Makanya saya tidak boleh main-main saja tanpa ada yang didapatkan. Saya berharap dapat menjadi motivasi bagi mereka bahwa wanita itu juga bisa. Anak desa tidak cukup berpendidikan sampai MA/SMA saja tetapi juga mempunyai hak yang sama dengan anak yang peradabannya sudah tergolong maju. Saya senang jika pulang dapat menjadi wanita inspirasi, menjadi contoh yang baik dan saya berharap dapat merubah pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Jika saya sering diomongi apa gunanya wanita sekolah tinggi-tinggi saya ingin menunjukkan mencari ilmu itu bukan hanya untuk laki-laki, untuk orang kaya tetapi pendidikan itu hak semua manusia tanpa terkecuali. Saya ingin menunjukkan dengan pendidikan pola pemikiran akan semakin maju dan pengetahuan semakin luas.
Sekarang saya melanjutkan di IAIN Walisongo Semarang. Di sini saya baru semester 2, mungkin masih tergolong baru tetapi saya mulai mencoba memahami lingkungan, berusaha sebisa mungkin semangat dalam belajar karena itu yang diamanahkan kedua orang tua. Saya selalu termotivasi kata-kata mereka “biar kami tidak bisa membaca, bodoh tetapi anaknya itu pintar”. Mungkin jika saya belajar hanya untuk main-main telah mendustakan kepercayaan mereka. Saya mulai mencoba berorganisasi tetapi di lembaga tersebut kurang nyaman dan akhirnya mulai malas dan sekarang menjadi anggota TLC Walisongo. Saya juga pernah mencoba belajar bersama dengan seorang anak tatapi pada waktu liburan pergi kerumah kakeknya dan setiap saya kesana selalu tidak ada akhirnya saya tidak lagi datang kesana. Mengenai cita-cita saya mungkin senurut sebagian besar orang tidak menarik karena tidak seperti cita-cita teman-teman yang punya harapan besar mempunyai sekolah, menjadi dosen, mempu, bekerja diperusahaan ternama, menjadi penulis terkenal dan lainnya yang sekirannya itu membuka peluang sukses dalam hidupnya. Berbeda dengan saya yang mempunyai cita-cita sederhana. Aku hanya ingin menjadi seorang guru dan mempunyai Yayasan Panti asuhan dimana saya bisa memperhatikan mereka seperti orang tua kandung. Mungkin itu kebahagiaanku karena menjaga mereka, peduli terhadap mereka itu menjadi keharusan. Makna kesuksesan bagi saya bukanlah orang yang berhasil melimpahkan harta, tetapi dapat merasakan kehudupan orang-orang yang kurang beruntung dimana saya dapat diterima menjadi bagian hidup mereka. Saya selalu memandang keberhasilan bukan dari nilai sebuah kertas tetapi bagaimana kita dapat mengaplikasikan dan bermanfaat bagi sesama.
 Saya berharap sosok laki-laki yang sederhana, dia tak harus tampan tetapi baik antara dunia dan akhiratnya. Dia tidak pernah marah tetapi dapat memahami apa yang saya harapkan. Dia juga tidak harus kaya tetapi cukuplah mengajar ilmu agama dan bisa bermanfaat bagi orang lain. Dia suka membantu dan peduli terhadap sesama. Dia bisa menuntun kebaikan dalam kehidupan. Selain itu saya berharap dapat berangkat bersama keluarga ke Baitullah. Jika nama saya sudah ada disana, maka saya ingin segera mengunjunginya. Mungkin sekianlah biografi saya terimakasih.


---

                  Sebaik-baik orang adalah yang dapat bermanfaat bagi orang lain.

2 komentar:

  1. Apik cita2mu nduk...njunjung dhuwur mendhem jero derajate wong tuwo lan desane,mugo2 gusti maringi lan ngabulno opo sing kok gayuh. Aku ugo cah kletek,nanging ara iso koyo slirane
    ,Aku nduweni kebisanan, nanging durng iso tak gawe ngembangne kampung sing mbiyen aku dilahirno.

    BalasHapus
  2. Apik cita2mu nduk...njunjung dhuwur mendhem jero derajate wong tuwo lan desane,mugo2 gusti maringi lan ngabulno opo sing kok gayuh. Aku ugo cah kletek,nanging ara iso koyo slirane
    ,Aku nduweni kebisanan, nanging durng iso tak gawe ngembangne kampung sing mbiyen aku dilahirno.

    BalasHapus