Senin, 11 April 2016

total Quality Nabajemen for Education perspektif Islam


I. PENDAHULUAN 
Total Quality Management adalah sebuah filosofis tentang perbaikan secara terus- menerus yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya saat ini dan untuk mada depan. Total Quality Mangement (TQM) berasal dari dunia bisnis, khususnya dalam dunia perusahaan. Pada saat ini TQM yang berasal dari dunia industry diadobsi untuk diterapkan dalam dunia pendidikan. Ini disebabkan model pengelolaan pendidikan berbasis industri yang menuntut adanya upaya pihak pengelola institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan manajemen perusahaan. Penerapan manajemen mutu dalam dunia pendidikan dikenal dengan "Total Quality Education (TQE)", dan di dunia pendidikan nasional dikenal dengan istilah Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Mutu dalam dunia pendidikan menjadi agenda penting. Ini dikarenakan dengan mutu sebuah sekolah dapat dinilai baik dan buruk dan dapat bertolak apakah sekolah tersebut sukses ataukan mengalami kegagalan. Walaupun mutu pendidikan tidak dapat diukur dan akan selalu berubah, setidaknya apa yang telah diperoleh diupayakan sesuai dengan target yang ingin dicapai. Apabila telah memenuhi target bagaimana caranya mutu tersebut dapat dipertahankan eksistensinya dalam pengembangan sumber daya manusia terdidik yang mampu menjadi harapan. Dalam dunia pendidikan, peningkatan mutu menjadi hal yang sangat urgen. Banyak sekali masalah mutu yang dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan bagi guru, dan lain sebagainya. Dengan adanya kepentingan mendasar terkat penerapan manajemen mutu terpadu Total Quality Management diharapkan lembaga pendidikan dapat mengaplikasikannya seperti apa yang dicita-citakan sehingga apa yang menjadi tujuan lembaga dapat tercapai secara maksimal. Bagitu juga Islam mengharapkan TQM dalam pendidikan dapat dilaksanakan secara maksimal sebagaimana Allah telah mengatur alam semesta dengan manajemen terpadu. Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik dan boleh dilakukan secara asal-asalan. Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif. Dalam makalah ini akan dipaparkan konsep Total Quality Manajemen for Education dalam perspektif Islam dan aplikasi Total Quality Management for Education dalam perspektif Islam. Diharapkan dalam penerapannya sesuai dengan kualitas yang ingin dicapai.
 II. RUMUSAN MASALAH
 A.  Bagaimana konsep dasar Total Quality Management for Education dalam perspektif Islam?
 B.  Bagaimana aplikasi Total Quality Management for Education dalam pendidikan Islam?
 III. PEMBAHASAN
 A. Konsep Dasar Total Quality Management for Education dalam Perspektif Islam 
1. Definisi Mutu Pendidikan Islam Mutu (quality) sekarang ini merupakan isu penting yang dibicarakan hampir di seluruh sektor kehidupan, baik itu dikalangan bisnis, ekonomi, maupun pendidikan. Dalam KBBI, Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, kadar, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan dan sebagainya), kualitas. Dalam bahasa Inggris disebut “quality”, sedangkan dalam bahasa arab desebut “juudah”. Secara terminologi, mutu memiliki pengertian yang cukup beragam mengandung banyak tafsiran dan bertentangan. Ini karena tidak ada ukuran baku tentang mutu, sehingga sulit mendapat sebuah jawaban yang sama apakah sesuatu itu bermutu atau tidak. Menurut Lyod Dobbins dan Crawford Mason telah mewawancarai banyak penulis berkaitan dengan mutu tetapi tidak ada 2 orang yang mendefinisikan mutu dengan tepat atau sama. Karena mutu berkaitan dengan perasaan menghargai sesuatu itu lebih baik dari yang lain atau sebaliknya. Namun demikian, telah disepakati bahwasannya kriteria umum sesuatu dikatakan bermutu apabila sesuatu itu bernilai baik atau mengandung makna yang baik. Dan sebaliknya sesuatu dikatakan tidak bermutu apabila sesuatu itu mempunyai nilai kurang baik atau mengandung makna yang kurang baik. Dalam konteks pendidikan, sekolah dikatakan bermutu apabila lulusannya baik, gurunya baik, gedungnya baik, dan lain sebagainya. Mutu didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Dalam pespektif ini mutu biasa disebut sebagai mutu yang hanya ada dimata orang yang melihatnya. Dalam hal jasa yang memberikan aprasiasi apakah sesuatu bermutu adalah pelanggan. Dan menurut Petters, mutu yang didefinisikan pelanggan jauh lebih penting dibandingkan harga dalam menentukan permintaan barang dan jasa. Dan sesuatu produk dan jasa disebut bermutu apabila standar produk dan jasa (Kesesuaian dengan spesifikasi, kesesuaian dengan tujuan dan manfaat, dan tanpa cacat), dan standar pelanggan (kepuasan pelanggan, terpenuhi kebutuhan pelanggan dan menyenangkan pelanggan. Dalam hal pendidikan, menurut Ahmad (1993) yang dikutip oleh Fatah Syukur, “mutu pendidikan sekolah adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma standar yang berlaku”. Menurut Sukmadinata, pendidikan bermutu adalah pendidikan yang menghasilkan lulusan yang sesua dengan harapan msyarakat, baik dalam kualitas pribadi, moral, pengetahuan maupun kompetensi kerja. Dalam perspektif Islam, Mutu merupakan realisasi dari ajaran islam yaitu Ihsan. Ihsan berasal dari kata huzn, yang artinya menunjuk pada sesuatu kualitas yang baik dan indah. Dalam pengertian umum huzn ini bermakna setiap kualitas yang positif (kebajikan kejujuran, indah, ramah, menyenangkan, selaras dan lain-lain. Selain itu bias dikatakan bahwa ihsan adalah suatu kesempurnaan atau terbaik. Kata ihsan adalah sebuah kata kerja yang berarti berbuat atau menegakkan sesuatu yang baik atau indah. Sehingga dari ihsan tersebut kita dapat melihat kaitannya dengan mutu pendidikan Islam seperti pada Qs. Al-Qashah :77:                          •      Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Sehingga dari ayat tersebut dapat diketahui bahwasannya dalam konteks pendidikan Islam, sesuatu dikatakan bermutu jika memberikan kebaikan, baik kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain untuk memenuhi kepuasaan orang terebut. Selain itu, dalam perspektif Islam, sesuatu dikatakan bermutu apabila diserahkan kepada ahlinya, sesuai hadis Nabi Saw: Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya. (al-Hadits). Kata “ahli” dalam hadis diatas mengacu pada makna yang sama dengan kata profesionalme, yakni orang yang memiliki keahlian dibidangnya (skill full). Oleh karena itu dalam menempatkan personel sebuah organisasi, pertimbangan utama dalam mengelola lembaga pendidikan Islam adalah kemampuan, potensi, dan profesioanlisme (ahli). Dalam hal ini menurut penulis mutu pendidikan dalam Islam adalah mutu proses pengelolaan yang mengacu pada standar proses dan hasil terkait dengan dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh lembaga pendidikan Islam 
 2. Total Quality Management dalam Perspektif Islam 
Total quality manajemen dapat di defenisikan dari tiga kata yang di milikinya, yaitu total (keseluruhan),quality (kualitas, derajat/tingkat keunggulan barang atau jasa), manajemen (tindakan, pengendalian pengarahan). Dapat di defenisikan TQM adalah sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (costumer satisfaction) dengan kegiatan yang di upayakan sekali benar melalui perbaikan berkesinambungan dan memotivasi karyawan. Total Quality Management adalah suatu pendekatan dalam menjalankan usaha untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya. ISO 8420 mendefinisikan TQM atau Manajemen mutu terpadu (MMT) adalah semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung jawab serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan kuaitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan kualitas (quality assurance), dan peningkatan kualitas (quality improvement). Menurut Hadari Nawari, TQM adalah manajemen fungsional dengan pendekatan yang secara terus-menerus difokuskan pada peningkatan kualitas agar produknya sesuai standar kualitas dari masyarakat yang dilayani dalam tugas pelayanan umum dan pembangunan masyarakat. Menurut Santoso sebagaimana dikutip oleh Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, bahwa TQM sebagai sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Dari berbagai definisi, secara sederhana Total Quality Management merupakan suatu proses dalam memaksimalkan kinerja untuk menjamin suatu produk barang /jasa memiliki spesifikasi mutu melalui perbaikan secara terus-menerus dan menyeluruh. Dalam perspektif Islam, Total Quality Management tergambar pada Firman Allah QS. As-sajdah :5) sebagai berikut:                   Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini. Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik dan boleh dilakukan secara asal-asalan. Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif. Selain itu dijelaskan dalam hadis untuk memperkuat mutu diwujudkan dengan baik yang dalam pembahasan ini disebut sebagai mutu terpadu. Berikut hadis Nabi Saw. yang artinya Sesungguhnya Allah mencintai orang yang melakukan suatu pekerjaan dlakukan dengan tepat, terarah, dan tuntas. maksudnya, jika proses dilakukan dengan teratur dan terarah maka hasilnya juga akan baik. Maka untuk mencapai mutu proses juga harus dilakukan secara teratur. Dan hadis diatas diperkuat dengan hadis “sesungguhnya Allah mewajibkan kepada kita untuk berbuat yang optimal dalam segala sesuatu..”. melakukan proses secara optimal dan kominten itu selaras dengan ajaran Ihsan pada firman Allah Qs.An-Nahl:90 sebagai berikut: •                  Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. Dari ayat diatas dijelaskan bahwa untuk menjaga keoptimalan harus disertai dengan komitmen sehingga proses dapat berjalan dengan baik. Maka dalam hal ini motivasi harus ditumbuhkan sehingga proses dapat berjalan sebaik-baiknya. Selain motivasi seseorang dalam melakukan segala sesuatu dengan sungguh dan teliti. Seperti tidak separuh hati, atau setengah-setengah, sehingga rapi, indah, tertib, dan bersesuaian antara satu dengan lainnya. Hal tersebut dijelaskan dalam surah al- Naml/27: 88:              •        Dan kamu Lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di tempatnya, Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Seseorang juga dituntut untuk memiliki dinamika yang tinggi, komitmen terhadap masa depan, memiliki kepekaan terhadap perkembangan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bersikap istiqomah, seperti dijelaskan dalam ayat-ayat berikut ini:         7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain 8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. Proses yang bermutu dapat dilakukan jika anggota lembaga pendidikan bekerja secara optimal, mempunyai komitmen dan istiqamah dalam pekerjaannya. Tanpa adanya komitmen dan istiqomah dari para (pekerja), dalam konteks lembaga pendidikan, civitas akademika, maka lembaga pendidikan tersebut tidak mungkin dapat melakukan proses yang bermutu. Maka dari itu, untuk melakukan proses yang bermutu juga dibutuhkan personalia yang bermutu dan berdedikasi tinggi juga. Sehingga berbuat yang optimal atau berkualitas itu harus dilakukan dalam semua jenjang, semua lini dalam lembaga pendidikan. Apabila semua civitas akademika lembaga pendidikan mampu menyadari akan hal tersebut, maka mutu lembaga pendidikan tersebut akan dapat tercapai. Dari beberapa pemaparan diatas dapat diketahui dalam rangka perbaikan terus-menerus dalam TQM ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: 1) pekerjaan dilakukan dengan tepat, terarah, dan tuntas (optimal), 2) Komitmen, 3) Motivasi, 4) Melakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan teliti, 5) Seseorang dituntut untuk memiliki dinamika yang tinggi, komitmen terhadap masa depan, memiliki kepekaan terhadap perkembangan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bersikap istiqomah. B. Implementasi Total Quality Management for Education dalam Lembaga Pendidikan Islam Secara historis, Total Quality Management (TQM) bermula di AS selama perang dunia kedua ketika ahli statistic AS, W. Edward Deming menggunakan teori statistic untuk memperbaiki kualitas produksi. Karena teori ini banyak diremhkan diperusahaan industry, maka Deming pergi ke Jepang dan menerapkannya disana. Gerakan mutu terpadu pendidikan masih tergolong baru. hanya sedikit literature yang memuat tentang hal ini pada tahun 1980-an. TQM dalam prakteknya telah dilaksanakan leh beberapa universitas di Amerika dan beberapa perguruan tinggi di Inggris. Dan akhirnya sampai saat ini banyak diterapkan TQM dalam dunia pendidikan Islam. TQM adalah suatu proses dalam memaksimalkan kinerja yang menjamin suatu produk barang / jasa memiliki spesifikasi mutu melalui perbaikan secara terus-menerus dan menyeluruh untuk kepuasan pelanggan. Dari beberapa pengertian terkait TQM, ada beberapa karakteristik suatu pengelolaan dikatakan sebagai pola pengelolaan mutu terpadu yang dapat ditemui dalam institusi yang menerapkannya, diantaranya: 1. Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal. 2. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas. 3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. 4. Memiliki komitmen jangka panjang. 5. Membutuhkan kerja sama tim. 6. Memperbaiki proses secara berkesinambungan. 7. Menyeenggarakan pendidikan dan pelatihan. 8. Memberikan kebebasan yang terkendali. 9. Memiliki kesatuan yang terkendali. 10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Dalam TQM, lembaga pendidikan Islam dipahami sebagai unit layanan jasa yang pelayanan pembelajaran inti dari institusi. Sebagai unit layanan jasa, yang dlayani oleh lembaga pendidikan Islam (pelanggannya) adalah: 1) pelanggan internal: guru, pustakawan, laboran, teknisi, dan tenaga administrasi; 2) pelanggan ekstrenal terdiri atas pelanggan primer, pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah, dan masyarakat); pelanggan tersier (pemakai/ penerima lulusan baik di perguruan tinggi maupun dunia usaha). Dalam ajaran Total Quality Management (TQM), lembaga pendidikan Islam harus menempatkan peserta didik sebagai klien atau stakeholder yang terbesar, suara peserta didik harus disertakan dalam pengambilan keputusan strategis di setiap langkah organisasi lembaga pendidikan Islam. Tanpa suasana demikratis, manajemen lembaga pendidikan Islam tidak akan mampu menerapkan TQM. Penerapan TQM berarti pula ada kebebasan berpendapat yang menciptakan iklim dialogis antara peserta didik dan pengajar, antara peserta didik dengan kepala lembaga pendidikan Islam, dan antara pengajar dengan kepala lembaga pendidikan Islam. Maksudnya kebebasan berpendapat dan keterbukaan antara seluruh warga di lembaga pendidikan Islam. Lembaga pendidikan Islam dalam menerapkan TQM perlu berpegang pada prinsip dan unsur pokok TQM. 1. Kepuasan pelanggan. Lembaga pendidikan Islam menempatkan pelanggan sebagai fokus utama. 2. Respek terhadap setiap orang. Dalam hal ini setia komponen dalam lembaga pendidikan Islam dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri yang unik. 3. Manajemen berdasarkan fakta. Artinya setiap keputusan organisasi pendidikan Islam harus didasarkan pada data, bukan perasaan. 4. Perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini adalah siklus PDAC (Plan-Do-Check-Act) yang terdiri atas langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh. lingkaran PDCA disebut juga lingkaran Deming. Dalam lingkaran Deming ini, setiap kegiatan usaha atau perbaikan mutu lembaga pendidikan Islam memiliki empat langkah, diantaranya: 1. Plan (P): langah pertama adalah mentukan masalah yang ada dalam lembaga pendidikan Islam aatu mengidentifikasi semua bentuk kelemahan yang akan diperbaiki. 2. Do (D): melaksanakan rencaan strategis yang bersifat solutif pada taraf uji coba dan memerhatikan semua prosesnya mulai dari bentuk yang mikro, meso, dan makro. 3. Check (C): mengamati atau meneliti apa yang telah dilaksanakan dalam melaksanakan rencana strategis peningkatan mutu dan menemukan kelemahan-kelemahan untuk diperbaiki. 4. Act (A): pada langkah ini, melaksanakan keseluruhan rencana peningkatan mutu pendidikan Islam, termasuk kelemahan-kelemahan-kelemahannya. Dari proses tersebut tidak berakhir pada langkah ke-4, tetapi kembali lagi pada langkah pertama dan seterusnya. Manajemen Mutu Terpadu di lingkungan suatu organisasi nonprofit termasuk organisasi pendidikan Islam tidak mungkin diwujudkan jika tidak didukung dengan tersedianya sumber-sumber untuk mewujudkan kualitas proses dan hasil yang akan dicapai. Di lingkungan organisasi yang sehat, terdapat berbagai sumber kualitas yang mendukung pengimplementasian TQM secara maksimal yang diantaranya: a). Komitmen pucuk pimpinan terhadap kualitas. b). Sistem informasi manajemen. c). Smber daya manusia yang potensial d). Keterlibatan semua fungsi. e). Filsafat perbaikan kualitas secara berkesinambungan. Menurut Hadari dimensi kualitas meliputi: 1) dimensi kerja organisasi, 2) iklim kerja, 3) nilai tambah, 4) kesesuaian dengan spesifikasi, 5) kualitas pelayanan dan daya tahan hasil pemnangunan, 6) persepsi masyarakat. Tujuan akhir dari manajemen mutu terpadu dalam lembaga pendidikan adalah meningkatkan kualitas pendidikan Islam. Yaitu daya saing bagi output (lulusan) dengan indicator adanya kompetensi, baik intelektual, maupun skill serta kompetensi social peserta didik lulusan yang tinggi berlandaskan pada kekuatan akidah yang kuat. Untuk itu implementasi TQM di dalam lembaga pendidikan Islam perlu dilakukan dengan sebenarnya bukan dengan setengah hati. Namun implementasi Manajemen berbasis Madrasah (MBM) yang telah mengadopsi dari prinsip-prinsip TQM ternyaat tidak serta-merta mendongkrak peningkatan kinerja pelaksana lembaga pendidikan Islam yang implikasinya dapat meningkatkan kompetensi peserta didik. Artinya strategi MBM dipandang akan menciptakan kondisi yang memungkinkan lembaga pendidikan mampu menyediakan program-program yang lebih baik sehingga input pendidikan dapat terpenuhi dan menghasilkan output keluaran yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Dengan demikian yang paling utama dan utama yang harus diperbaiki agar harapan tersebut dapat tercapai adalah dengan memperbaiki budaya kerja, unjuk kerja, dan disiplin dari pelaksana lembaga pendidikan Islam (tenaga pengajar, tenaga administrasi, dan terlebih pimpinan pendidikan Islam). Semuanya harus dapat memandang peserta didik sebagai pelanggan yang harus dilayani dengan sebakik-baiknya demi kepuasan mereka. Hal ini dimaksudkan agar dapat tercipta kader-kader umat yang berkualitas dan dapat disejajarkan dengan umat lain untuk berkompetensi membangun peradaban masyarakat. Lembaga pendidikan Islam dalam menerapkan TQM perlu berpegang pada prinsip dan unsur pokok TQM. 1. Kepuasan pelanggan. Lembaga pendidikan Islam menempatkan pelanggan sebagai fokus utama. 2. Respek terhadap setiap orang. Dalam hal ini setia komponen dalam lembaga pendidikan Islam dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri yang unik. 3. Manajemen berdasarkan fakta. Artinya setiap keputusan organisasi pendidikan Islam harus didasarkan pada data, bukan perasaan. 4. Perbaikan berkesinambungan. 
 IV. KESIMPULAN 
Mutu didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Dalam perspektif Islam, Mutu merupakan realisasi dari ajaran islam yaitu Ihsan, yang berarti berbuat atau menegakkan sesuatu yang baik atau indah. dalam konteks pendidikan Islam, sesuatu dikatakan bermutu jika memberikan kebaikan, baik kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain untuk memenuhi kepuasaan orang terebut. mutu pendidikan dalam Islam adalah mutu proses pengelolaan yang mengacu pada standar proses dan hasil terkait dengan dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh lembaga pendidikan Islam. Dalam hal ini pendidikan bermutu adalah pendidikan yang menghasilkan lulusan yang sesua dengan Total Quality Management adalah suatu pendekatan dalam menjalankan usaha untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya. secara sederhana TQM merupakan suatu proses dalam memaksimalkan kinerja untuk menjamin suatu produk barang /jasa memiliki spesifikasi mutu melalui perbaikan secara terus-menerus dan menyeluruh. Dalam rangka perbaikan terus-menerus dalam TQM ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: 1) pekerjaan dilakukan dengan tepat, terarah, dan tuntas (optimal), 2) Komitmen, 3) Motivasi, 4) Melakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan teliti, 5) Seseorang dituntut untuk memiliki dinamika yang tinggi, komitmen terhadap masa depan, memiliki kepekaan terhadap perkembangan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bersikap istiqomah, harapan masyarakat, baik dalam kualitas pribadi, moral, pengetahuan maupun kompetensi kerja Dalam TQM, lembaga pendidikan Islam dipahami sebagai unit layanan jasa yang pelayanan pembelajaran inti dari institusi. Sebagai unit layanan jasa, yang dlayani oleh lembaga pendidikan Islam (pelanggannya) adalah: 1) pelanggan internal: guru, pustakawan, laboran, teknisi, dan tenaga administrasi; 2) pelanggan ekstrenal terdiri atas pelanggan primer, pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah, dan masyarakat); pelanggan tersier (pemakai/ penerima lulusan baik di perguruan tinggi maupun dunia usaha). Tujuan akhir dari manajemen mutu terpadu dalam lembaga pendidikan adalah meningkatkan kualitas pendidikan Islam. Yaitu daya saing bagi output (lulusan) dengan indicator adanya kompetensi, baik intelektual, maupun skill serta kompetensi social peserta didik lulusan yang tinggi berlandaskan pada kekuatan akidah yang kuat. Untuk itu implementasi TQM di dalam lembaga pendidikan Islam perlu dilakukan dengan sebenarnya bukan dengan setengah hati. Namun implementasi Manajemen berbasis Madrasah (MBM) yang telah mengadopsi dari prinsip-prinsip TQM ternyaat tidak serta-merta mendongkrak peningkatan kinerja pelaksana lembaga pendidikan Islam yang implikasinya dapat meningkatkan kompetensi peserta didik. paling utama dan utama yang harus diperbaiki agar harapan tersebut dapat tercapai adalah dengan memperbaiki budaya kerja, unjuk kerja, dan disiplin dari pelaksana lembaga pendidikan Islam (tenaga pengajar, tenaga administrasi, dan terlebih pimpinan pendidikan Islam). Semuanya harus dapat memandang peserta didik sebagai pelanggan yang harus dilayani dengan sebakik-baiknya demi kepuasan mereka. Hal ini dimaksudkan agar dapat tercipta kader-kader umat yang berkualitas dan dapat disejajarkan dengan umat lain untuk berkompetensi membangun peradaban masyarakat. Lembaga pendidikan Islam dalam menerapkan TQM perlu berpegang pada prinsip dan unsur pokok TQM. 1. Kepuasan pelanggan 2. Respek terhadap setiap orang. 3. Manajemen berdasarkan fakta Perbaikan berkesinambungan
 V. PENUTUP 
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Kami berharap kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan kedepannya. Terimakasih atas perhatiaannya. Apabila ada kesalahan baik dari penulisan maupun penyampaian.  
 DAFTAR PUSTAKA 
Baharuddin &Moh. Makin, Manajemen Pendidikan Islam Transformasi menuju Sekolah/ Madrasah Unggul, (Malang: UIN Maliki Press, 2010). Baharuddin &Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Jogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2012). Hanik, Umi, Implementasi Total Quality Management dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan, ( Semarang: RaSAIL Media Group, 2011). Muhammad Fathurrohman & Sulistyorini, Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012). Sallis, Edward, Total Quality Management in education, (Jogyakarta: IRCiSoD, 2008), hlm. 56. Umiarso&Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, (Jogyakarta: IRCiSoD, 2010). http://raghae.blogspot.co.id/2013/12/total-quality-manajemen-tqm.html, diakses pada 07/04/16 jam 14:20. http://www.academia.edu/7404857/Quality_In_Islamic_Perspective, diakses pada 07/04/16 jam 14:13. http://www.charlesmalinkayo.com/2012/06/manajemen-mutu-terpadu-mmt-dalam.html, diakses pada 08/04/16 jam 16:14.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar