Pelihara
hatimu, pelihara fisikmu
Setiap orang
pastinya mengeinginkan jiwa dan fisik yang sehat sempurna. Kesempurnaan ini
akan terlihat ketika apa yang ada dalam hati selaras dengan apa yang diucapkan
dan diperbuat. Kesingkronan ini bias dikatakan sebagai sifat sidiq manusia,
yakni sifat yang sesuai antara hati, lisan, dan perbuatan. Sifat inilah yang
hendaknya selalu dipegang oleh umat Islam. Karenanya apa yang disampaikan akan
dapat dibuktikan kebenarannya.
Hendaknya
sebaagi umat Islam kita memprioritaskan kesibukan membersihkan hati terlebih
dahulu, sebab kebersihan fisik tanpa diikuti kebersihan hati akan sia-sia. Kita
membersihkan fisik dengan pedoman sunah dan membersihkan hati dengan pedoman
Al-Qur’an. Jika setiap orang Islam telah mampu mwmelihara hatinya pasti ia akan
mampu memelihara fisiknya. Ini ibarat wadah yang apsti basah oleh isi
didalamnya. Artinya segaal sesuatu yang akan pada hati akan memercik pada
anggotanya.
Berbicara
kebersihan hati bukanlah amalam orang yang mengimani kematian dan meyakininya.
Bukan pula malan orang-orang yang menenatikan pertemuan dengan Allah yang takut
akan introgasi dan penyidikannya. Tetapi, dalam kebersihan hati ini tersimpan
tauhid, tawakal, keyakinan, ilmu, imam, and keedkatan dengan Allah. Dalam hati
yang bersih ini, selalu melihat manusia dengan perspektif lemah, hina, miskin.
Namun demikian ia tidak bersikap sombong. Meskipun dengan anak kecil sekalipun
ia akan selalu menyayanginya dan menghormati yang lebih tua.
Dalam
memelihara hati, sebagi muslim yang bijak pastinya akan bersikap lemah lembut
kepada sesamanya. Bertutur kata halus kepada saudaranya. Kaat halus disini
bukan berarti pelan perkatannya tetapi perkataan yang tidak membuat orang lain
merasa tersinggung. Lisannya dapat
digunakan sebaagi kunci bagaimana hatinya, sebab setiap yang keluar dari lisan
akan membawa manfaat dan mahdlarat dalam kehidupan.
Dijelaskan
dalam sebuah hadis bahwa mengukuhkan persaudaraan ini merupakan cerminan dari
iman. Dikatakan bahwasannya “Dari Abu Hamzah Anas Bin Malik Rodhiyallahu
‘anhu pembantu Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam dari Nabi Shollallahu
‘alaihi wa Sallam bersabda: ” Tidak sempurna Iman seseorang sehingga ia
mencintai saudaanya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. ” [HR Al-Bukhori
dan Muslim]”
Dalam
hadis tersebut dijelaskan bahwasannya tidak sempurna iman seseorang sehingga ia
mencinatai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
Kecintaan di sini bukan sekedar diartikan kecintaan
pada lawan jenis saja, tetapi kecintaan di sini adalah kecintaan pada setiap
orang mukmin. Mengapa demikian?. Dalam perspektif saya “ Iman adalah sesuatu
yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan
perbuatan. Tentu berbiara menurut hadis diatas iman berkaitan dengan hablun
Mina nas.
Dalam menjaga hubungan dengan sesama manusia ini
dijelaskan bahwa dalam setiap apa yang diperbuat manusia akan
menjadi bagian penting selaian ibadah kepada Allah. Hablum minal Allah akan
dapat dimaafkan apabila kita meminta ampun dan bertaubat kepada Allah, tetapi
hubungan kita dengan sesame manusia akan baru diampuni Allah setelah kita
mendapat kerelaan dari sesame manusia. Apabila misalnya kita menganiaya orang
lain dosa kita akan baru diampuni setelah orang yang didholimi tersebut mau
memaafkan.
Sebagai
mukmin
yang cerdas hendaknya kita harus semaksimal mungkin menjaga kesesuaian hubungan
antara kita dengan Allah dan juga hubungan dengan sesama manusia. Jika kita
telah mampu menjaganya pasti kita akan mendapat kemuliaan di dunia dan
diakhirat. Contoh kecil, sebagai mukmin yang bijak hendaknya melihat pada orang
yang diajak berbicara karena tidak bias semua orang disdamakan dengan dirinya,
pasti misalnya ada kesamaan pasti ada perbedaan tertentu. Hendaknya cara kita memperlakukan satu orang dengan
orang berbeda.
Jangan kita suka menjast seserang. Walaupun apa
yang kita ucapkan benar itu sudah termasuk memfitnah apalagi salah. Dalam
sebuah hadis dijelaskan ,,
Lebih baik kita introspeksi diri terlebih dahulu
sebelum menyalahkan orang lain. Jika selain nantinya akan timbul
permasalahan-permasalahan yang nantinya akan membuat kita malu sendiri dan
meregangkan persaudaraan. Lebih baik kita introspeksi diri sendiri terlebih
dahulu karena tidak ada orang yang mau disalahkan pasti semua menganggap
dirinya benar.
Sebagai muslim yang cerdas, saya yakin kita akan berbuat
terbaik demi menjaga amar ma’ruf nahi mungkar. Jaga hati, jaga lisan, jaga
perbuatan. Tentunya persaudaraan akan terkukuhkan, kedamaian akan terpelihara
dan ketaatan akan terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar