Senin, 06 Juni 2016

pelihara hatimu pelihara fisikmu



Pelihara hatimu, pelihara fisikmu
Setiap orang pastinya mengeinginkan jiwa dan fisik yang sehat sempurna. Kesempurnaan ini akan terlihat ketika apa yang ada dalam hati selaras dengan apa yang diucapkan dan diperbuat. Kesingkronan ini bias dikatakan sebagai sifat sidiq manusia, yakni sifat yang sesuai antara hati, lisan, dan perbuatan. Sifat inilah yang hendaknya selalu dipegang oleh umat Islam. Karenanya apa yang disampaikan akan dapat dibuktikan kebenarannya.
Hendaknya sebaagi umat Islam kita memprioritaskan kesibukan membersihkan hati terlebih dahulu, sebab kebersihan fisik tanpa diikuti kebersihan hati akan sia-sia. Kita membersihkan fisik dengan pedoman sunah dan membersihkan hati dengan pedoman Al-Qur’an. Jika setiap orang Islam telah mampu mwmelihara hatinya pasti ia akan mampu memelihara fisiknya. Ini ibarat wadah yang apsti basah oleh isi didalamnya. Artinya segaal sesuatu yang akan pada hati akan memercik pada anggotanya.
Berbicara kebersihan hati bukanlah amalam orang yang mengimani kematian dan meyakininya. Bukan pula malan orang-orang yang menenatikan pertemuan dengan Allah yang takut akan introgasi dan penyidikannya. Tetapi, dalam kebersihan hati ini tersimpan tauhid, tawakal, keyakinan, ilmu, imam, and keedkatan dengan Allah. Dalam hati yang bersih ini, selalu melihat manusia dengan perspektif lemah, hina, miskin. Namun demikian ia tidak bersikap sombong. Meskipun dengan anak kecil sekalipun ia akan selalu menyayanginya dan menghormati yang lebih tua.
Dalam memelihara hati, sebagi muslim yang bijak pastinya akan bersikap lemah lembut kepada sesamanya. Bertutur kata halus kepada saudaranya. Kaat halus disini bukan berarti pelan perkatannya tetapi perkataan yang tidak membuat orang lain merasa tersinggung.  Lisannya dapat digunakan sebaagi kunci bagaimana hatinya, sebab setiap yang keluar dari lisan akan membawa manfaat dan mahdlarat dalam kehidupan.
Dijelaskan dalam sebuah hadis bahwa mengukuhkan persaudaraan ini merupakan cerminan dari iman. Dikatakan bahwasannya “Dari Abu Hamzah Anas Bin Malik Rodhiyallahu ‘anhu pembantu Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam dari Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: ” Tidak sempurna Iman seseorang sehingga ia mencintai saudaanya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. ” [HR Al-Bukhori dan Muslim]”
Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwasannya tidak sempurna iman seseorang sehingga ia mencinatai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
Kecintaan di sini bukan sekedar diartikan kecintaan pada lawan jenis saja, tetapi kecintaan di sini adalah kecintaan pada setiap orang mukmin. Mengapa demikian?. Dalam perspektif saya “ Iman adalah sesuatu yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Tentu berbiara menurut hadis diatas iman berkaitan dengan hablun Mina nas.
Dalam menjaga hubungan dengan sesama manusia ini dijelaskan bahwa dalam setiap apa yang diperbuat manusia akan menjadi bagian penting selaian ibadah kepada Allah. Hablum minal Allah akan dapat dimaafkan apabila kita meminta ampun dan bertaubat kepada Allah, tetapi hubungan kita dengan sesame manusia akan baru diampuni Allah setelah kita mendapat kerelaan dari sesame manusia. Apabila misalnya kita menganiaya orang lain dosa kita akan baru diampuni setelah orang yang didholimi tersebut mau memaafkan.
Sebagai mukmin yang cerdas hendaknya kita harus semaksimal mungkin menjaga kesesuaian hubungan antara kita dengan Allah dan juga hubungan dengan sesama manusia. Jika kita telah mampu menjaganya pasti kita akan mendapat kemuliaan di dunia dan diakhirat. Contoh kecil, sebagai mukmin yang bijak hendaknya melihat pada orang yang diajak berbicara karena tidak bias semua orang disdamakan dengan dirinya, pasti misalnya ada kesamaan pasti ada perbedaan tertentu. Hendaknya cara kita memperlakukan satu orang dengan orang  berbeda.
Jangan kita suka menjast seserang. Walaupun apa yang kita ucapkan benar itu sudah termasuk memfitnah apalagi salah. Dalam sebuah hadis dijelaskan ,,
Lebih baik kita introspeksi diri terlebih dahulu sebelum menyalahkan orang lain. Jika selain nantinya akan timbul permasalahan-permasalahan yang nantinya akan membuat kita malu sendiri dan meregangkan persaudaraan. Lebih baik kita introspeksi diri sendiri terlebih dahulu karena tidak ada orang yang mau disalahkan pasti semua menganggap dirinya benar.
Sebagai muslim yang cerdas, saya yakin kita akan berbuat terbaik demi menjaga amar ma’ruf nahi mungkar. Jaga hati, jaga lisan, jaga perbuatan. Tentunya persaudaraan akan terkukuhkan, kedamaian akan terpelihara dan ketaatan akan terjaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar