Kamis, 07 Agustus 2014

siapkah kurikulum 2013 bagi pendidikan di Indonesia



Siapkah Kurikulum 2013 bagi pendidikan di Indonesia??
            Kurikulum 2013 yang bertujuan Melanjutkan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu dipandang kurang cocok diterapkan di Indonesia. Pasalnya Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman ini masih mengalami kendala dari berbagai pihak, yaitu bagi murid dan guru.
            Dengan adanya kurikulum 2013 membawa dampak yang sangat merugikan. Dampak ini mungkin tidak terasa bagi pendidikan di sekolah-sekolah perkotaan. Di perkotaan, fasilitas pendidikan sudah hampir seluruhnya dilengkapi dengan sarana dan prasarana memadai. Hal ini sangat berbeda dengan pendidikan desa. Bagi pendidikan di pedesaan jauh sangat berbeda. Khususnya untuk sekolah-sekolah swasta yang masih mengunakan sarana dan prasarana sederhana tampak mengeluh dalam proses pelaksanaan kurikulum 2013. Mereka mengatakan dengan kurikulum 2013 ini mereka akan mengalami banyak kendala dalam pelaksanaan pendidikan karena alat-alat peraga yang digunakan belum mampu menunjang kurikulum terbaru ini.
            Bahkan seorang guru di pedesaan, bapak sutaman mengatakan dengan kurilulum 2013 yang tidak memasukkan pelajaran TIK ( Teknologi Informasi dan Komunikasi) kedalam bahan materi ajar kelas Vll dan X ini nyata-nyata mengganggu system pembelajaran karena dipandang membebani para guru yang bersertifikat pengajar teknologi dan informatika. Dengan adanya kurikulum ini berpengaruh terhadap ancaman  kenaikan pengangguran guru TIK di Indonesia. Selain itu persaingan untuk memperebutkan  kedudukan sebagai guru tersertifikat akan semakin meluas karena menurut pemaparan beliau dengan adanya tunjangan yang sebanding dengan gaji pokok mereka akan semakin termotivasi memperoleh predikat guru bersertifikat. Dengan begitu pastilah kecemburuan social tidak akan mungkin dapat dihindari diantara mereka. Dan beliau mengatakan di sekolah tempatnya mengajar belum mampu melaksanakan pendidikan dengan kurikulum terbaru akibat sarana dan prasarana yang tidak memadai.
            Seperti halnya pemaparan beliau, salah seorang guru MI sekaligus TIK untuk MTS  di MMU Pucakwangi bapak Ahmad Setyo Budi Utomo mengatakan dengan adanya kurikulum 2013 ini beliau harus melepas mengajar TIK kelas Vll dengan menjadi guru kelas untuk MI kelas 1, dengan adanya sisten guru kelas ini otomatis akan mengurangi jumlah pengajar, sehingga banyak pengajar yang melanjutkan studinya untuk memperoleh sertifikat pendidik SD/MI. ini seperti yang telah dipaparkan bu Musytarikah, untuk dapat menjadi pengajar tetap di sebuah sekolah SD di Jakarta harus melanjutkan pendidikan lagi dengan mengambil PGSD setelah menamatkn S1-nya di UNDIP Semarang dengan jurusan Bahasa Inggris.
            dari pamaparan tersebut kurikulum 2013 nyata-nyata belun sepenuhnya siap diterapkan diluruh sekolah di Indonesia karena adaya faktor tempat, adat maupun kebudayaan setempat. seharusnya pemberlakuan kurikulum 2013 harus ditunjang dengan berbagai sarana dan prasarana yang memadai. Khususnya bagi sekolah di desa-desa lebih diperhatikan sarana dan prasarananya agar tujuan dari kurikulum 2013 ini dapat tercapai secara maksimal.  Sarana dan prasarana tersebut tidak diseimbangkan dengan tuntutan kurikulum 2013 yang mana siswa harus aktif dalam pembelajaran maka pembelajaran tersebut tidak akan sesuai harapan, malah-malah menjadi benalu dalam kemajuan pendidikan di Negara ini.


Oleh : Kuntariatun KI-IAIN Walisongo Semarang

Kamis, 12 Juni 2014

penutupan lokalisasi dolly yang mengundang berbagai kontroversi



Penutupan lokasisasi dolly yang mengundang berbagai kontroversi

Berkaitan dengan rencana penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengundang berbagai penolakan baik itu para PSK maupun dari masyarakat setempat. Sebenarnya menurut Wisnu warga memerima penutupan tampat yang merupakan lokalisasi terbesar di Asia tenggara asalkan walikota tersebut benar-benar merealisasikan janji-janjinya. Tetapi perlu diketahui tidak semua warga meyakini akan janji walikota surabaya tersebut. Dan menurutnya jadi tidaknya penutupan likalisasi tersebut tergantung kesiapan Pemkot dalam memenuhi janji-janjinya yang diantaranya adalah akan memberikan jaminan hidup pascapenutupan Dolly. Artinya, warga yang hidup dari geliat Dolly tetap mendapat penghasilan yang sama setiap bulannya.
Dalam rencana penutupan tersebut Sebanyak 21 wisma di lokalisasi Dolly dan Jarak Surabaya, Jawa Timur ditutup oleh pemiliknya. Penutupan tersebut karena minimnya pendapatan akibat dari larangan penambahan pekerja seks komersil (PSK) maupun wisna di lokalisasi oleh pemerintah setempat.
            Dari 21 wisma yang tutup, dua di antaranya berada di lokalisasi Dolly dan lainnya di Jarak. Sebelumnya, di dua lokasi itu terdapat 311 wisma dengan jumlah PSK sebanyak 1.028 orang berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya pada agustus lalu.
Menurut bu Risma saat ini sudah tercatat sekitar 375 PSK yang sudah terverifikasi untuk program rehabilitasi.rencananya setiap PSK akan mendapar dana 5 juta.tetapi dengan penutupan lokalisasi dolly tersebut akan  menyulitkan KPA mengawasi penyebaran HIV/AIDS. PSK berpotensi menularkan IMS dan HIV/AIDS kepada para pelanggannya. "Kita menghormati Gubernur Jawa Timur menutuplokalisasi. Tapi kita kesulitan penjangkauan kelompok resiko tingi," kata Adi Purwanto sekretaris KPA Kabupaten Malang.
Memang benar bahwasannya lokalisasi dolly itu jika dibiarkan akan menjadi lading ma’siyat dan membewa dampak buruk bagi akhlak generasi muda sekarang ini. Tetapi itu jika tanpa dimbangi dengan upaya perbaikan dibidang ekonomi khususnya yang menjadi alasan mendasar bagi pekarja dilokalisasi tersebut. Bukan penyelesaian yang didapat malah akan menjadi tidak terkendali. Dengan penutupan itu pemerintah kota juga harus mengantisipasi perekonomian kota karena lokalisasi tersebut memberikan pajak besar bagi pemerintah daerah. Tentunya pemerintah juga meminimalisir terjadinya mesum pada tempat yang tidak semestinya karena ada kemungkinan setelah penutupan penyebaran tindak asusila itu merebak tak terkendali.
Tetapi dengan penegasan walikota bahwa Menurutnya, tak butuh persetujuan warga untuk menutup Dolly. Karena landasan hukum yang dimiliki jelas. Yaitu peraturan daerah nomor 7 tahun 1999 mengenai larangan difungsikannya rumah tinggal atau bangunan menjadi tempat asusila, maka dengan kebijakan tersebut kesejahteraan pasa PSK dan warga setempat juga harus diperhatikan. Semoga upaya Pemerintah Kota itu membawa dampak positif dikemudian hari bukan malah sebaliknya.

Jumat, 06 Juni 2014

dibalik ilmu tanpa amal bagai pohon tanpa buah



  Dibalik llmu Tanpa Amal Bagai Pohon Tanpa Buah

Berbicara tentang ilmu tidak akan terlepas dari amal, karena ilmu itu harus diamalkan supaya dapat bermanfaat bagi manusia bahkan semua makhluk yang ada dibumi. Ilmu itu ibarah cahaya yang akan memancarkan sinarnya terhadap siapa saja yang mendekatinya. Orang yang berilmu akan menuai atas apa yang mereka usahakan, ibarat padi yang telah menguning yang siap untuk dipanen. Atau juga pohon yang telah menghasilkan bermacam buah yang masak.
Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: “Perumpamaan ilmu yg tidak diamalkan bagaikan harta simpanan yang tidak diinfakkan darinya di jalan Allah ‘azza wa jalla.
ini ibarat harta yang ditumpukkan tanpa ada pengeluaran. selamanya tidak akan mempunyai manfaat begitu juga  Jika ilmu tidak diamalkan itu ibarat pohon tanpa buah. Coba kita amati sejenak bagaimana pohon yang tidak berbuah itu hidup. Sendiri tanpa keturunan, tiada manfaat dan setelah mati maka musnahlah pohon itu. Tidak ada yang melestarikannya. Hal ini berbeda dengan pohon yang mempunyai buah yang banyak. Seandanya pohon itu ditebang ataupun roboh dimakan usia. Akan ada yang menggantikannya. Entah itu buahnya yang jatuh, dibawa hewan yang dijatuhkan ditempat tertentu maupun keturunan yang terdekat dengannya. Dengan menghasilkan banyak keturunan maka kehidupan pohon tersebut dapat memberikan banyak manfaat baik itu bagi dirinya, manusia, maaupun bagi makhluk hidup lain yang ada di bumi ini.
Coba kita bandingkan dengan manusia yang bermanfaat. Selain semua kebutuhannya terpenuhi, dihormati, dan mulia dimata masyarakat mereka juga disegani, dicintai. Itu semua bukan karena kedudukan dan kebijaksanaan, tetapi karena keberkahan dan kemanfaatan ilmunya. Orang yang mengamalkan ilmunya ia akan memperoleh kemuliaan dan kedududukan yang tinggi sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’surat al-Mujadalah:11 yang artinya” niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Sesuai ayat tersebut orang yang mengamalkan ilmunya akan diangkat derajat oleh Allah SWT. Mereka telah dijamin dengan kebahagiaan dunia dan akhirat. Apabila mereka mati maka mereka akan tetap hidup. Nama mereka akan tetap terkenang sepanjang masa. Coba siapa yang tidak kenal pada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Mereka tidak akan pernah hilang dimakan zaman. Coba di Indonesia siapa yang tidak kenal Gusdur, hampir seluruh lapisan masyarakat mengetahuinya. Karena selain ia keturunan pemuka agama beliau juga presiden negeri ini. Sampai kapanpun nama itu akan tetap terukir dalam sejarah. Lantunan doa-doa akan selalu mengalir dan menyinari kehidupan orang-orang yang mendoakannya.
Hal ini sungguh berbeda dengan meninggalnya orang-orang yang tidak berilmu kepergiannya akan menjadi kabar gembira dan setelah itu ia akan musnah dari muka bumi. Tidak akan ada yang mengenangnya.  Kehidupannya akan berhenti tidak ada lagi tertulis sejarahnya. Ini bisa menjadi pilihan bagi kita. Apakah hanya ingi menyia-nyiakan hidup ataukah ingin mengukir hidup?. Tetapi yang pasti semua sudah jelas

Sabtu, 31 Mei 2014

Tugas KTI"Efek Keluarga Broken Home terhadahap perkembangan anak



Efek Keluarga “Broken Home” terhadap perkembangan anak

Sadar atau tidak keluarga adalah faktor utama penentu kepribadian anak baru selebihnya berasal dari lingkungannya. Orang tua ibarat induk ayam yang harus berjuang keras mengerami telurnya untuk menetaskan anak harapan mereka. Jika orang tua memberi contoh buruk secara tidak langsung sifat yang mereka contohkan menjadi doktrin bahwa kekerasan adalah sebuah jalan dalam menyelesaikan permasalahan. Akibatnya anak-anak yang dibesarkan dari keluarga broken home cenderung terlihat kasar, keras kepala, egois, dan berkepribadian buruk.
 Menurut Himas El-hakim “seorang anak yang mendapati perpecahan dan masalah pada ayah ibunya akan memandang bahwa keluarga ini bermasalah, tidak memberikan rasa nyaman padanya.

seorang anak, yang masih membutuhkan perhatian akhirnya tidak mendapat perhatian serius dari orang tua. Hal ini logis dikarenakan orang tuanya sendiri tidak mampu memberikan perhatian kepada pasangannya, bagaimana dengan anaknya. akhirnya anak tersebut memilih mencari perhatian diluar, bisa dari lingkungan, maupun teman sebayanya.

yang perlu dijadikan catatan bahwa ada peluang besar anak ini akan menjadi korban kejahatan dari lingkungan luarnya mengingat psikologi anak "broken home" cenderung labil dan mudah terombang ambing, karakter empuk bagi kriminal”.
 Sebuah penelitian yang dilakukan di University of California, Los Angeles setelah mempelajari masalah dalam (kurang lebih) 2000 keluarga, membuktikan bahwa anak tetap menjadi korban ‘empuk’ dalam pertikaian rumah tangga.
Efek pertikaian ini, biasanya akan membuat si anak cenderung melakukan hal-hal negatif diluar kebiasaannya. Ketidakstabilan emosiyang disebabkan, akan membuat si anak mencoba menggunakan obat-obatan terlarang, mengonsumsi alkohol hingga melakukan seks bebas.
Untuk itu, berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama 30 tahun, menyatakan bahwa kedua orangtua yang sudah tak lagi saling mencintai, sebaiknya jangan pernah hidup bersama dalam satu atap.

Menurut pengalaman saya sendiri jika dalam keluarga sering terjadi cekcok anak cenderung memilih untuk mencari suasana di luar atau kalau tidak mereka akan menangis melihat keluarganya yang tidak seperti teman sebayanya. Kemudian anak tersebut akan mempunyai dua karakter.
 Pertama jika kelak ia dididik orang yang berkepribadian baik dan ada faktor pendorong dirinya untuk menjadi orang yang baikm maka ia akan cenderung susah bergaul dengan teman sebayanya karena rasa malu tidak mendapat kasih sayang seperti anak sewajarnya, ia memiliki kepekaan tinggi terhadap keadaan sekitarnya, mempunyai perhatian tinggi terhadap orang yang mengalami nasib seperti dirinya dan ia cenderung menjadi orang yang berkepribadian baik menurut orang disekitarnya, tetapi dia cenderung menjadi orang yang sulit mendefinisikan persuit of happiness.
Kedua jika ia tidak mampu berfikir positif terhadap masa lalunya maka ia akan cenderung bertindak anarkis, berkepribadian buruk dan jauh dari kebiasaan terpuji. Akibatnya kriminal itu menjad kebiasasaan. Tetapi dapat sifat yang kedua ini berubah jika ia telah menemukan jati dirinya alias jika ia mempunyai kesadaran dan mau kembali pada jalan yang benar.
Broken home mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan perkembangan anak. Adapun yang termasuk dalam broken  home itu diantaranya :
1.       Akibat perceraian orang tua
2.       Kebudayaan bisu dalam keluarga (tidak ada komunikasi antar anggota keluarga)
3.       Perang dingin dalam keluarga (saling membenci antara sesama anggota keluarga)
berdasarkan asumsi Erickson, remaja memerlukan figur tertentu yang nantinya bisa menjadi figure sample dalam internalisasi nilai-nilai remajanya.jika peran orang tua ini tidak diberikan pada anak,  dimungkinkan anak berkerpibadian  kurang sehat dengan perasaan terisolasi.
Proses pencarian identitas akan terhambat dan menimbulkan rasa kebingungan identitas (confused of Identity). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yeri Abdillah (2003) dalam penelitiannya, menyimpulkan bahwa agresivitas pada remaja dalam keluarga broken home mempunyai taraf lebih tinggi daripada rekannya yang tidak mengalami kasus broken home.ini dikarenakan mereka ingin mencari perhatian dari orang lain yang tidak ia dapatkan dari orang tuanya walaupun itu dengan cara yang tidak sesuai, seperti misalnya ia membuat keributan, suka bertengkar dan memengaruhi teman sebayanya dalam hal-hal negatif.

Melihat  dampak yang begitu besar akibat Broken Home, maka orang tua sebaiknya tetap mencoba memperlihatkan keharmonisan dalam keluarga. Anak juga haru s tetap diperhatikan perkembangannya. Jangan sampai anak salah jalan akibat perilaku orang tua yang tidak mencerminkan kepatutan. Apapun yang terjadi dalam keluarga anak adalah prioritas masa depan. Jika terpaksa harus bercerai maka orang tua harus pandai-pandai mengawasi perkembangan perilaku anak. Kalau sudah terlanjur tidak ada yang patut disalahkan kecuali orang tua.

Minggu, 11 Mei 2014

biografi KTI



Nama       : kuntariatun
NIM        : 133311073
 
                  
                Harapku Motivasiku
Saya Kuntariatun seorang anak desa yang bisa dipanggil kun/kunta/tun. Saya dilahirkan disebuah desa terpencil jauh dari perkotaan. Tepatnya di Desa Kletek Dk. Rempelas Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati pada 11 Januari 1995. Saya tiga bersaudara dan kebetulan anak paling bungsu. Saya berasal dari keluarga kecil sederhana. Ayah saya bernama Sunandar dan ibu saya Suki. Ayah dan ibu saya seorang petani. Saya sangat bangga pada cita-cita mulia mereka walaupun ibu saya tidak bisa membaca dan ayah saya juga kurang lancar, tetapi semangat mereka ingin saya melanjutkan adalah motivasi dan kebanggan bagi saya. Saya dari dulu paling senang dengan membaca. Dari kecil saya ingin menjadi seorang guru, karena itu tugas yang mulia dan termotivasi guru waktu di SD. Saya pertama kali masuk SD pada tahun 2001 di SD kletek 02 tepatnya tanggal 15 juli 2001. Pada tahun 2002 saya pindah di SD Kletek 01 karena sekolah yang lama telah dibubarkan. Setiap hari berjalan bersama teman-teman tanpa sosok ayah ataupun ibu sampai kelas 4 karena belum bisa naik sepeda. Pada tahun 2006 saya lulus SD dan melanjutkan di Mts.Matholi’ul Ulum Pucakwangi. Disana banyak kenangan bersama teman-teman, tetapi mungkin hanya ada satu teman yang masih langgeng komunikasi sampai sekarang, dia bernama Sumiatun Yanuarti. Dan saya mempunyai guru idola yang menurut saya beliau seorang yang bijaksana, beliau bernama bapak Sutaman dan beliau juga yang memotivasi saya untuk bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kelas VII saya memperoleh peringkat 2 dan 1, kelas VIII 1 dan kelas IX mendapat 2 dan 1.
 Setelah tamat tahun 2010 saya melanjutkan di MA Matholi’ul Huda Pucakwangi. Disini kelas X semester 1 mendapat peringkat 1 dan semester II  2 (dua) dan kelas 2 semester 1 mendapat 2 dan semester 11 mendapat 1. Namun pada saat kelas 3 saya mendapat 3 dan waktu lulus belum beruntung.  Pada awal masuk saya memutuskan untuk tinggal dirumah seorang guru sekaligus belajar mengaji disana. Saya mencoba menyeimbangkan antara ilmu agama dan umum. Pada tahun pertama disana saya pernah diminta Mbah (Pemilik rumah) sekaligus bapak dari  guru saya untuk bantu-bantu disana setelah kakak kelas saya tamat. Tapi pada waktu belum setahun penuh saya disana beliau telah menghadap pada Yang Maha Kuasa, saya masih ingat betul sosok beliau dan sampai sekarang saat saya melihat RS Sultan Agung saya selalu tersadar bahwa ini tempat terakhir beliau dirawat sebelum akhirnya dibawa pulang dan menghadap pada yang Maha Kuasa.
Pada tahun ajaran kedua saya memberanikan diri untuk tinggal di ndalem rumah beliau. Disana saya mulai menemukan keluarga baru yang sangat menyayangi saya seperti keluarga sendiri. Bahkan sampai saat ini jika saya pulang selalu menyempatkan kerumah beliau. Jika liburan saya juga selalu menginap diirumah beliau. Saya sudah menyayangi mereka dan manganggap mereka orang yang sangat berjasa atas masa depan saya. Setelah selesai UN saya mulai mencari-cari informasi tentang perguruan tinggi. Dulu saya sangat berharap bisa melanjutkan di UNAIR tatapi mungkin karena belum jodohnya disana akhirnya masuk di IAIN Walisongo. Tetapi saya berterimakasih pada kakak Mahasiswa UNAIR yang telah baik. Mereka  mau membantu mendaftarkan dan mencarikan kenalan di Semarang untuk mencari tempat tinggal sementara. Saat saya masih gaptek (gagap teknologi) mereka mau membantu mendaftarkan lewat online walaupun tidak pernah bertemu. Saya sangat berterimakasih pada mereka semoga Allah membalas kebaikan mereka dengan lebih baik.
Sejak dulu saya berusaha optimis apapun yang terjadi. Mungkin saya pernah mengalami kegagalan tetapi itu semua tidak membuat saya putus harapan. Saya mencoba mencari setiap titik temu yang ada. Saya yakin Allah Maha Pengasih, Maha Mengetahui kebutuhan hamba-Nya. Dari kejadian-kejadian itu semua   mendewasakan agar menjadi orang yang lebih bijaksana.
Saya insyaallah akan menjadi sarjana perempuan pertama di desa saya. Makanya saya tidak boleh main-main saja tanpa ada yang didapatkan. Saya berharap dapat menjadi motivasi bagi mereka bahwa wanita itu juga bisa. Anak desa tidak cukup berpendidikan sampai MA/SMA saja tetapi juga mempunyai hak yang sama dengan anak yang peradabannya sudah tergolong maju. Saya senang jika pulang dapat menjadi wanita inspirasi, menjadi contoh yang baik dan saya berharap dapat merubah pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Jika saya sering diomongi apa gunanya wanita sekolah tinggi-tinggi saya ingin menunjukkan mencari ilmu itu bukan hanya untuk laki-laki, untuk orang kaya tetapi pendidikan itu hak semua manusia tanpa terkecuali. Saya ingin menunjukkan dengan pendidikan pola pemikiran akan semakin maju dan pengetahuan semakin luas.
Sekarang saya melanjutkan di IAIN Walisongo Semarang. Di sini saya baru semester 2, mungkin masih tergolong baru tetapi saya mulai mencoba memahami lingkungan, berusaha sebisa mungkin semangat dalam belajar karena itu yang diamanahkan kedua orang tua. Saya selalu termotivasi kata-kata mereka “biar kami tidak bisa membaca, bodoh tetapi anaknya itu pintar”. Mungkin jika saya belajar hanya untuk main-main telah mendustakan kepercayaan mereka. Saya mulai mencoba berorganisasi tetapi di lembaga tersebut kurang nyaman dan akhirnya mulai malas dan sekarang menjadi anggota TLC Walisongo. Saya juga pernah mencoba belajar bersama dengan seorang anak tatapi pada waktu liburan pergi kerumah kakeknya dan setiap saya kesana selalu tidak ada akhirnya saya tidak lagi datang kesana. Mengenai cita-cita saya mungkin senurut sebagian besar orang tidak menarik karena tidak seperti cita-cita teman-teman yang punya harapan besar mempunyai sekolah, menjadi dosen, mempu, bekerja diperusahaan ternama, menjadi penulis terkenal dan lainnya yang sekirannya itu membuka peluang sukses dalam hidupnya. Berbeda dengan saya yang mempunyai cita-cita sederhana. Aku hanya ingin menjadi seorang guru dan mempunyai Yayasan Panti asuhan dimana saya bisa memperhatikan mereka seperti orang tua kandung. Mungkin itu kebahagiaanku karena menjaga mereka, peduli terhadap mereka itu menjadi keharusan. Makna kesuksesan bagi saya bukanlah orang yang berhasil melimpahkan harta, tetapi dapat merasakan kehudupan orang-orang yang kurang beruntung dimana saya dapat diterima menjadi bagian hidup mereka. Saya selalu memandang keberhasilan bukan dari nilai sebuah kertas tetapi bagaimana kita dapat mengaplikasikan dan bermanfaat bagi sesama.
 Saya berharap sosok laki-laki yang sederhana, dia tak harus tampan tetapi baik antara dunia dan akhiratnya. Dia tidak pernah marah tetapi dapat memahami apa yang saya harapkan. Dia juga tidak harus kaya tetapi cukuplah mengajar ilmu agama dan bisa bermanfaat bagi orang lain. Dia suka membantu dan peduli terhadap sesama. Dia bisa menuntun kebaikan dalam kehidupan. Selain itu saya berharap dapat berangkat bersama keluarga ke Baitullah. Jika nama saya sudah ada disana, maka saya ingin segera mengunjunginya. Mungkin sekianlah biografi saya terimakasih.


---

                  Sebaik-baik orang adalah yang dapat bermanfaat bagi orang lain.